Para pemimpin NATO mengakhiri pertemuan yang berlangsung selama tiga hari di Madrid pada Kamis (30/6). Aliansi kemanan negara-negara Barat itu akan memperkuat pertahanannya terhadap ancaman agresi Rusia, memperingatkan sejumlah tantangan global yang ditunjukkan China, serta mengundang negara netral, Filandia dan Swedia, untuk bergabung dengan persekutuan pertahanan itu.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyebut KTT itu sebagai momen bersejarah.

“Terakhir kali NATO menyusun pernyataan misi baru adalah 12 tahun lalu,” kata Biden, mengacu pada dokumen yang juga dikenal sebagai Konsep Strategis aliansi tersebut.

“Saat itu, Rusia digambarkan sebagai mitra dan China tidak disebut (dalam dokumen konsep strategis). Dunia sudah berubah, berubah banyak sejak itu, dan NATO juga berubah. Pada KTT ini kami mengarahkan aliansi kami untuk menghadapi ancaman langsung dari Rusia terhadap Eropa, dan tantangan sistemik dari China terhadap tatanan dunia. Dan kami telah mengundang dua anggota baru untuk bergabung dengan NATO,” tambah Biden.

Biden mempertegas bahwa perang yang dilancarkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap Ukraina telah memperkuat NATO.

“Dia berusaha memperlemah kita, berharap agar tekad kita akan dipatahkan tetapi dia sekarang memperoleh hal yang dia tidak inginkan,” kata Biden. “Dia ingin terjadi ‘Finlandisasi’ pada NATO. Namun yang ia dapat adalah ‘NATO-isasi dari’ Finlandia.”

Pada kesempatan terpisah pada Rabu (29/6), Putin mengecilkan makna dari rencana perluasan aliansi Barat tersebut.

“Dengan Swedia dan Finlandia, kami tidak punya masalah seperti dengan Ukraina. Mereka ingin bergabung dengan NATO, silakan,” kata Putin kepada televisi Rusia.

“Tetapi mereka harus paham bahwa sebelumnya tidak ada ancaman, sementara sekarang, jika pasukan dan sarana militer dikerahkan di sana, kami harus menanggapinya dengan tindakan serupa dan menciptakan ancaman yang sama untuk teritori dari mana ancaman terhadap kami berasal,” ujar Putin.

Sebagai bagian dari rencana dari perluasannya, para pemimpin NATO sepakat melaksanakan peningkatan besar-besaran dari pengerahan pasukan di seluruh Eropa.

Sekitar 300.000 pasukan akan ditempatkan dalam kondisi siaga tinggi di seluruh benua itu mulai tahun depan untuk mempertahankan adanya kemungkinan serangan militer yang dikerahkan Moskow terhadap salah satu anggota dari aliansi tersebut, yang Sekretaris Jenderal NATO gambarkan sebagai krisis keamanan paling serius sejak Perang Dunia II. [jm/ka]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.