Kaum Muslim Syiah di Irak, Lebanon dan Pakistan melantunkan doa-doa, berpawai dan memukuli dada mereka, Selasa (9/8), sewaktu memperingati Asyura, salah satu tanggal terpenting dalam kalender agama mereka untuk memperingati kematian cucu Nabi Muhammad, Hussein, pada abad ke-7.
Berbagai simbol dan ritual yang menunjukkan kesalehan dan penyesalan Muslim Syiah terlihat menyelimuti kota-kota besar di Irak, di mana Hussein diyakini tewas dalam pertempuran di Karbala, sekitar 80 kilometer dari selatan Baghdad pada tahun 680 Masehi. Setiap tahun, ratusan ribu orang juga berkumpul di Karbala untuk merayakan hari suci itu.
Muslim Syiah memandang Hussein dan keturunannya sebagai penerus sah nabi. Pembunuhannya di tangan faksi Muslim saingan, mencerminkan keretakan antara sekte Sunni dan Syiah dalam Islam.
Ritual publik Asyura sering memicu ketegangan sektarian di negara-negara seperti Irak, Lebanon dan Pakistan di mana dua sekte utama Islam itu eksis.
Pasukan keamanan berada dalam siaga tinggi untuk mencegah terjadinya kekerasan. Kelompok-kelompok ekstremis Sunni yang menganggap kaum Syiah sebagai kelompok sesat sering memanfaatkan acara itu untuk melancarkan serangan pada tahun-tahun sebelumnya.
Kementerian Dalam Negeri Pakistan memperingatkan bahwa kelompok-kelompok tertentu bisa menarget peringatan Asyura. Di bawah langkah-langkah keamanan yang ditingkatkan, pawai massal berlanjut untuk hari kedua di Islamabad dan kota-kota besar di berbagai penjuru Pakistan, di mana para peserta berbaris, dan secara berirama memukuli tubuh mereka dengan rantai bermata pisau.
Di Irak, ulama berpengaruh Muqtada al-Sadr memanfaatkan peringatan keagamaan emosional itu untuk membangkitkan dukungan bagi gerakannya, sehingga memperdalam perpecahan antar kelompok Syiah di negara itu. Irak, yang tidak dapat membentuk pemerintahan, terjerumus lebih jauh ke dalam kekacauan politik pekan lalu setelah ribuan pendukung al-Sadr menyerbu dan menduduki gedung parlemen. Aksi duduk mereka berlanjut di luar majelis, sehingga mustahil bagi anggota parlemen untuk bersidang.
Di pinggiran kota Sadr di Baghdad yang didominasi kaum Syiah, potret al-Sadr digantung di hampir setiap pintu. Sejumlah pria dan anak laki-laki menjalani prosesi ritual Asyura dengan memukuli kepala, dada, dan punggung mereka sampai berdarah. [ab/uh]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.