redaksiharian.com – Kematian Ratu Elizabeth II masih belum diketahui penyebabnya. Namun, beredar kabar di media sosial meninggalnya mendiang Sang Ratu akibat Long Covid-19 atau gejala Covid-19 berkepanjangan.

Mengutip Daily Mail, seorang dokter dari rumah sakit yang berbasis di Leeds, Dr Kelly Fearnley juga mendukung teori tersebut. Menurutnya, kondisi ratu setelah terpapar Covid-19 tak akan sama seperti dulu sebelum terpapar virus tersebut.

“Turut berduka cita atas meninggalnya Ratu Elizabeth II. Setelah menikmati ‘dekade kesehatan yang baik’ dia tidak pernah sama lagi setelah tertular Covid-19 di musim semi,” tuturnya dikutip Minggu (11/9/2022)

Namun, seorang sosiolog di Universitas Nottingham Trent Professor Robert Dingwall yang memberi nasihat kepada pemerintah tentang pandemi. Ia mengatakan tidak etis berspekulasi terkait penyebab kematian sang Ratu. Sebab banyak sekali ketidakpastian tentang kondisi dan penyebab kematian Ratu Elizabeth. “‘Ada terlalu banyak ketidakpastian tentang kondisi dan penyebab kematiannya untuk membuat koneksi apa pun,” tuturnya.

Menurutnya, pernyataan terkait penyebab kematian Ratu Elizabeth akhirat gejala panjang Covid-19 ini sama-sama tidak etis dan penulisnya harus mencerminkan perilaku mereka sendiri.

Sementara ahli epidemiologi di University of East Anglia Professor Paul Hunter mengatakan hal yang serupa. Ia memperingatkan untuk tidak menebak-nebak terkait penyebab Ratu meninggal dunia. Tanpa pengetahuan pasti terkait riwayat medis, seseorang tak bisa berspekulasi terkait penyebab kematian orang lain.

“Dalam pandangan saya, tidak etis bagi seorang dokter medis untuk berspekulasi di depan umum tentang penyebab kematian seseorang apakah itu ratu atau tetangga sebelah mereka. Tanpa pengetahuan penuh tentang riwayat medis individu, Anda jarang dapat mengetahui penyebab kematian secara pasti,” ucapnya.

Ia menegaskan, jika memiliki pengetahuan penuh dalam hal ini antara dokter dan seorang pasien dengan mengakses catatan medis mereka secara tidak tepat, spekulasi seperti itu akan menjadi pelanggaran kerahasiaan medis yang sangat tidak etis.