2 menit

G30S/PKI menorehkan kisah kelam dalam sejarah bangsa Indonesia. Tak terkecuali bagi para algojo PKI yang banyak membantai orang-orang dengan paham kiri tersebut. Begini kisah Supardi, seorang algojo yang kini menderita gangguan jiwa!

Di dalam catatan sejarah Indonesia, tahun 1965 dikenang sebagai tahun paling kelam setelah kemerdekaan.

Bagaimana tidak, tujuh jenderal pahlawan revolusi diculik dan dibunuh oleh anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) yang kala itu dipimpin D. N. Aidit.

Setelah pemberontakan PKI meletus, sejumlah operasi dijalankan untuk menumpas anggota dan orang-orang yang berafiliasi pada partai berlambangkan palu arit itu.

Di balik penumpasan PKI, rupanya tak hanya militer saja yang turun tangan, tapi rakyat juga ikut serta memburu mereka.

Rakyat sipil yang ikut serta menumpas PKI ini dikenal dengan sebutan algojo atau jagal PKI.

Salah satunya adalah Supardi, seorang algojo di Tulungagung yang kini menderita gangguan jiwa.

Melansir dari tribunnews.com, seperti ini kisah Supardi sang algojo PKI!

Kisah Supardi, Algojo PKI di Tulungagung

supardi algojo pki

sumber: tribunnews.com

Supardi Menghabisi Orang-Orang PKI

Kisah Supardi sebagai seorang algojo PKI dibenarkan oleh sang kakak, Syarifatul Jannah.

Supardi muda gemar belajar ilmu silat dan kebatinan di sela-sela mencari rumput untuk pakan ternak.

Bukan hanya karena kemampuan silatnya yang membuatnya disegani, ia juga memiliki perawakan yang besar.

“Pokoknya, dia jagoan,” kata Jannah.

Pada masa itu, Supardi sempat ikut menumpas anggota PKI di wilayahnya.

Supardi berperan menangkap dan mengikat para anggota PKI.

Anggota PKI yang tertangkap kemudian digiring ke lokasi pemakaman untuk kemudian dihabisi.

Mendekam dalam Bilik Pasungan Setelah Membunuh

Setelah penumpasan PKI usai, Supardi diajak seorang temannya untuk bekerja di sebuah perkebunan kopi di Sumatera Selatan.

Baru sekitar tiga tahun bekerja, mantan algojo PKI itu dikabarkan mengalami gangguan jiwa.

Marjuni, adik Supardi, sering mendapat laporan bahwa sang kakak sering mengamuk.

Akibat kondisi Supardi, sang ayah kemudian memutuskan untuk menjemputnya pulang.

Supardi dikabarkan masih kerap mengamuk, padahal berbagai cara sudah dilakukan untuk mengobati kondisinya.

Alhasil ia hidup dalam pengasingan di sebuah kamar kecil berukuran 2,5 x 1,5 meter di belakang rumah Marjuni.

Di kamar tersebut, Supardi hidup terikat rantai sepanjang dua meter selama puluhan tahun.

***

Semoga bermanfaat, Property People.

Simak informasi menarik lainnya di Berita 99.co Indonesia.

Kunjungi www.99.co/id dan rumah123.com untuk menemukan hunian impianmu dari sekarang.

Dapatkan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan properti, karena kami selalu #AdaBuatKamu.

Kunjungi dari sekarang dan temukan hunian favoritmu, salah satunya Griya Reja Residence!

Artikel ini bersumber dari www.99.co.