redaksiharian.com – PT MRT Jakarta memastikan proyek pembangunan MRT akan tetap berlanjut meskipun ibu kota negara tak lagi di Jakarta dan berpindah ke Kalimantan Utara.
Sebab Jakarta akan menjadi salah satu kota bisnis di Indonesia, sehingga tetap diperlukan transportasi massal untuk menopang mobilitas masyarakat.
Kepala Departemen Transit Oriented Development (TOD) Business Generation MRT Jakarta, Raihan Kusuma mengatakan, pada dasarnya pengembangan kota memerlukan waktu yang sangat panjang.
Ia bilang, sekalipun pusat pemerintahan mulai berpindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Utara, namun tetap perlu waktu yang cukup panjang untuk kota itu bisa berkembang. Dengan demikian, Jakarta akan tetap menarik bagi para pebisnis.
“Maupun ke depan akan ada IKN, Jakarta tetap akan menjadi kota bisnis. Jadi kita enggak takut lah dengan adanya IKN,” ujarnya dalam diskusi di kantor MRT Jakarta, dikutip Jumat (9/6/2023).
“Pengembangan kota itu sangat panjang, Jakarta pun bisa seperti ini karena sudah dari tahun berapa dibangun, dan IKN itu masih panjang untuk bisa seperti yang digambarkan orang-orang. Jadi menurut saya kami enggak berkecil hati,” lanjut Raihan.
Menurutnya, pemindahan ibu kota negara menjadi peluang tersendiri bagi MRT Jakarta. Sebab, akan ada beberapa aset negara seperti gedung pemerintahan pusat yang akan dihibahkan dan menjadi milik Pemprov DKI Jakarta.
Aset-aset itu pun berpotensi untuk dikelola MRT Jakarta, terlebih yang berada di sekitar stasiun MRT untuk menjadi kawasan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD),
Hal ini seiring dengan MRT Jakarta diberikan kuasa sebagai pengelola kawasan TOD di sepanjang jalur MRT oleh Pemprov DKI Jakarta, yang tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 15 Tahun 2020.
“Aset-aset pemerintah pusat ke depan akan dihibahkan ke DKI Jakarta, jadi banyak sekali aset-aset. Jakarta pun akan tetap jadi kota bisnis, sehingga kita enggak takut dengan adanya IKN,” ungkap Raihan.
Saat ini, MRT Jakarta pun terus mengembangkan kawasan TOD dan beberapa di antaranya sudah beroperasi. Seperti Terowongan Kendal dan Reinstatement Sudirman-Thamrin yang beroperasi sejak 2019.
Kemudian ada Taman Literasi Martha Christina Tiahahu yang beroperasi sejak September 2022, serta Plaza Transit & Simpang Temu Lebak Bulus yang beroperasi sejak Desember 2022.
Selain itu, MRT Jakarta memiliki beberapa proyek TOD yang masih dalam pembangunan. Salah satunya ada Simpang Temu Dukuh Atas yang sedang tahap konstruksi dan ditargetkan beroperasi Juli 2023 mendatang.
Kemudian ada Penataan Jalan Pati-Juana, Pedestrianisasi Blora yang sedang dalam tahap konstruksi dan ditargetkan beroperasi Juli 2023. Serta Serambi Temu Dukuh Atas sedang dalam tahap konstruksi dan ditarget beroperasi Agustus 2023.
Sedangkan beberapa proyek sedang dalam tahap pengurusan perizinan yakni Blok M Mixed Use (Eks-Terminal) dan Lebak Bulus Mixed Use & Park and Ride. Selain itu, ada proyek Dukuh Atas Pedestrian Deck dan Extended Concourse Bundaran HI & Fatmawati yang dalam tahap market sounding.
Menurut Raihan ada sejumlah investor yang menunjukkan minatnya untuk kerja sama dengan MRT Jakarta dalam pengembangan TOD. Investor itu baik berasal dari dalam maupun luar negeri.
Namun, ia mengaku, kebanyakan minat berinvestasi di proyek TOD MRT Jakarta berasal dari negara-negara G7 yang merupakan perkumpulan negara maju, terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.
“Investor itu kebanyakannya memang dari luar negeri, karena mereka juga kan pembangunan infrastrukturnya sudah advance. Itu kebanyakan investor dari negara G7 yang tertarik untuk berinvestasi,” pungkasnya.