redaksiharian.com – “Influenza dapat memicu serangan jantung dan stroke, dan memperburuk kondisi komorbid yang sudah ada seperti diabetes dan penyakit kronik lainnya,” ucapnya, dalam webinar kesehatan mengenai Pekan Imunisasi Sedunia 2023 yang berlangsung beberapa waktu lalu.

Berdasarkan hasil riset Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Jakarta Timur, Indonesia, sekitar 31 persen kasus Influenza Like Illness atau ISPA dan 15 persen kasus Severe Acute Respiratory Infection terbukti positif karena virus Influenza.

Selain beban penyakit, beban ekonomi dari biaya rawat inap serta rawat jalan (direct cost) juga tinggi, mencapai Rp1.396 triliun di Indonesia. WHO menyatakan, vaksinasi merupakan cara paling efektif untuk mencegah penyakit infeksi Influenza.

Saat ini, berbagai organisasi profesi internasional (WHO dan CDC) dan Indonesia (Satgas Imunisasi Dewasa PB PAPDI) merekomendasikan semua tenaga kesehatan melakukan vaksinasi influenza tahunan. Alasannya, risiko tertular di tempat kerja yang lebih tinggi, mengurangi risiko tenaga kesehatan menularkan influenza ke pasien rentan, mempertahankan citra dan etika rumah sakit yang berkomitmen untuk mengutamakan patient-safety, dan mengurangi ketidakhadiran kerja para tenaga kesehatan spesialis yang sulit digantikan sehingga keberlangsungan pelayanan kesehatan tetap terjaga.

Virus influenza di alam bebas terus berubah. Data epidemiologi terkini menunjukkan empat strain virus Influenza bersirkulasi secara bersamaan, yaitu Influenza A/H1N1, A/H3N2, B/Victoria, dan B/Yamagata. Vaksinasi Influenza Kuadrivalen memberikan perlindungan lebih luas terhadap virus flu yang beredar karena mencakup dua strain influenza A dan dua lineage influenza B.

Diabetes

Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Prof Dr dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD mengatakan, penderita diabetes lebih rentan terkena infeksi Influenza karena adanya gangguan sistem kekebalan tubuh.

Menurut data International Diabetes Federation (IDF) 2021, Indonesia masuk dalam lima besar peringkat untuk penderita diabetes di dunia dan diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat setiap tahunnya.

“Maka dari itu, ketika penderita diabetes terkena infeksi influenza, dampaknya menjadi lebih berat karena terjadi peningkatan risiko rawat inap naik hingga 3 hingga 6 kali lipat, risiko masuk ICU hingga 4 kali lipat, dan risiko kematian hingga 6 kali lipat dibandingkan dengan orang tanpa diabetes ,” tutur Ketut.

Vaksinasi Influenza pada pasien diabetes terbukti dapat menurunkan angka rawat inap dan kematian. Respons imun yang dihasilkan vaksin influenza pada penderita diabetes secara umum sebanding dengan dewasa sehat lainnya.

Data menunjukkan bahwa vaksinasi Influenza menurunkan angka kejadian rawat inap yang disebabkan kejadian kardiovaskular pada pasien diabetes tipe 2, termasuk serangan jantung, gagal jantung, dan stroke.

Data dari berbagai negara juga menunjukkan bahwa meningkatkan cakupan vaksinasi influenza pada kelompok diabetes , selain mengurangi jumlah kasus, rawat inap, dan kematian, dapat memberikan keefektifan biaya dan penghematan biaya yang signifikan. ***