RedaksiHarian – Juara Dunia Moto2 2022 itu langsung dihadapkan kehidupan keras di kelas para raja ketika ia bergabung dengan tim GASGAS Factory Racing Tech3.
Bernaung di tim satelit KTM seharusnya membuat Augusto Fernanez banyak untung.
Sebab, tim asal Austria itu pula lah yang ia perkuat dikelas menengah sebelumnya.
Otomatis, sisi kedekatan dengan orang-orang di dalam paddock sudah sedikit banyak terjalin.
Dan yang paling utama adalah mendapatkan pembalap senior yang sangat mengenal DNA motor RC16, Pol Espargaro, di sisinya.
Harapan berduet dengan adik dari Aleix Espargaro itu sejatinya bisa membuat transisi Augusto ke kelas MotoGP lebih mudah.
Membaca data telemetri Pol, atau sekadar bertanya pada Pol tentang seluk beluk karakteristik mtoor MotoGP KTM, adalah hal-hal yang bisa leluasa ia lakukan.
Namun, ekspektasi tersebut faktanya harus musnah seketika ketika Pol mengalami kecelakaan fatal di seri pembuka Portugal, awal musim ini.
Karena cedera yang sangat berat dan hampir membuat sang pembalap nyaris kehilangan nyawa, Pol harus absen lama sampai baru bisa comeback pada bulan Agustus.
Artinya, selama ditinggal Pol, Augusto Fernandez harus bisa belajar sendirian mempelajari balapan demi balapan yang ia ikuti pada paruh pertama musim. Jelas, itu bukan start bagus bagi seorang pembalap debutan.
“Tetapi beruntung, tim pabrikan KTM, membantu saya banyak sekali terutama dalam menjembatani data informasi dari Brad (Binder) maupun Jack (Miller).”
“Saya harus bilang ini, bahwa mereka benar-benar mau memberikan apa yang saya butuhkan,” tandasnya.
“Tetapi tetap saja rasanya ada yang berbeda. Karena tidak sama kalau misalnya saya ditemani Pol, saya bisa membandingkan data saya dengannya dalam waktu yang bersamaan. Saya bisa turun dari motor, bersegera mendatangi teknisi telemetri, melihat data lap punya Pol, dan saya akan langsung dapat mengetahuinya,” kata dia berandai-andai.
“Sedangkan jika ingin melihat data Brad atau Miller, saya harus menunggu sampai siang hari untuk membandingkan semuanya. Jelas itu sangat berbeda rasanya. Tapi bagaimananpun saya senang karena mereka mau membantu saya.”
Awal musim MotoGP 2023 benar-benar jadi cobaan berat bagi Augusto.
Hasil balapannya selalu nihil dan dia sering tercecer di barisan belakang.
Padahal, sebenarnya dia juga merasa bahwa motor MotoGP jelas lebih kencang dibandingkan Moto2, tetapi dia masih belum dapat memahami karakteristiknya.
“Saat saya berbincang dengan Brad, Pol atau Joan (Mir) yang mana saya membina hubungan baik dengan mereka, mereka bilang rasanya saat debut di MotoGP tidak seperti ini,” kata Augusto.
“Ini adalah motor yang lebih mudah dikendarai, lebih baik dari Moto2, lebih bertenaga, bannya juga lebuh bagus, semuanya bagus. Tetapi saya masih saja kesulitan untuk menunjukan performa terbaik saya,” tandasnya.
“Terutama di awal musim ketika saya membandingkan diri saya dengan pembalap lain yang semuanya jelas sudah berpengalaman. Dan menjadi yang terakhir, terakhir, selalu terakhir, meski berusaha sekuat tenaga.”
“Sudah berusaha maksimal tetapi selalu jadi yang terakhir adalah bagian tersulit secara mental dari adaptasi ini.”
“Tapi sekarang sudah agak lebih baik, karena saya akhirnya sudah bukan yang terakhir lagi. Dan karena saya sudah bisa membaca situasinya dengan jalan berbeda,” ucap Augusto Fernanez.