redaksiharian.com – Menteri Badan Usaha Milik NegaraErick Thohir siap melakukan merger terhadap BUMN-BUMN Karya yang berada di bawah Danareksa.
“Apa yang kami lakukan? Kamiakan melakukan merger BUMN-BUMN Karya yang ada di bawah Danareksa,” ujar Erick Thohir di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan, untuk BUMN-BUMN Karya besar dan tidak berada di bawah Danareksa rencananya akan dilakukan sinergi, seperti Hutama Karya akan bersinergi dengan Waskita Karya, dan PT PP akan bersinergi dengan WIKA.
“Ini bisa menjadi istilahnya anak usaha sehingga bisa memperkuat cashflow,” katanya.
Berkaitan dengan upaya konsolidasi BUMN Karya, Kementerian BUMN sejak awal telah memiliki peta jalan atau roadmap yang disusun bersama Boston Consulting Group.
Menurut Erick, terdapat tiga konteks yang dipelajari saat itu yakni pertama adalah persoalan ketika pembiayaan jangka pendek harus membiaya proyek jangka panjang.
Hal kedua adalah Kementerian BUMN berupaya melakukan refokus BUMN-BUMN Karya harus dengan expertise atau keahliannya. Ini dalam rangka agar sampai BUMN-BUMN Karya tidak saling membanting harga demi rebutan proyek, padahal cashflow-nya tidak ketemu.
Hal ketiga terkait dengan BUMN-BUMN Karya melebarkan bisnispada sektor-sektor yang bukan expertise-nya, seperti sektor properti.
“Inilah yang kamikonsolidasi dan perbaiki. Cetak birunya sudah jadi, hanya saja kembali yang namanya melakukan penataan tersebut memerlukan waktu,” kata Erick.
Sebelumnya, Erick Thohir mengatakan pihaknya akan terus mendorong penyehatan BUMN Karya. Kementerian BUMN sudah memiliki peta jalan atau roadmap untuk mentransformasi BUMN karya.
Menurut dia, pihaknya memperbaiki portofolio dan melakukan re-grouping, serta konsolidasi agar BUMN-BUMN karya bisa memiliki spesialisasi dan keahlian sejalan dengan regulasi industri konstruksi di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Bukan bisnis yang generalis apalagi palugada.
Erick juga menyampaikan pentingnya pembangunan infrastruktur serta peran pemerintah dan swasta. Pembangunan infrastruktur adalah kunci untuk kemajuan ekonomi dan peningkatan daya saing dengan menekan biaya logistik Indonesia yang saat ini masih 23 persen.