redaksiharian.com – Menilik sejarah dan keragaman budaya dalam peninggalan Islam bisa dilihat dari salah satu masjid di Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Namanya adalah Masjid Jami Al Anwar atau dikenal juga sebagai Masjid Angke . Letak masjid ini cukup tersembunyi, ada di tengah permukiman penduduk yang padat.
Jalan menuju masjid juga termasuk sempit. Lebarnya kira-kira 1,5 meter dan hanya bisa dilintasi sepeda motor.
Masjid ini awalnya berdiri di tengah lahan kosong pada tahun 1761, saat masa kepemimpinan Pangeran Tubagus Angke atau lebih dikenal dengan Pangeran Jayakarta II. Bila dihitung maka usianya sudah lebih dari dua abad.
“Masjid ini dulunya kawasan rawa, masjidnya di tengah-tengah lapangan. Dibangun pada tahun 1761 Masehi,” ujar pemandu wisata Ira Lathief saat agenda Jelajah Masjid Tionghoa di Jakarta, Minggu (26/2/2023).
Ira melanjutkan, Masjid Angke dibangun oleh seorang perempuan China muslim yang kaya raya. Ia mewakafkan sebagian hartanya untuk pembangunan masjid.
“Pendiri masjid ini adalah perempuan Tionghoa muslim bernama Ibu Tan Hio, yang bersuamikan bangsawan dari Banten,” sambungnya.
Jadi saksi toleransi
Ira menyampaikan bahwa kawasan Angke juga menjadi saksi toleransi. Masjid ini sejak dulu hingga kini bisa berdiri damai di tengah masyarakat, meski kawasan Angke merupakan kawasan pecinan.
“Kawasan Angke ini sekarang pecinan juga, banyak orang China. Kalau di sini banyakannya juga bukan orang China muslim,” ujarnya.
Sementara itu, kata dia, Masjid Angke juga memiliki peran besar pada zaman dahulu. Pasca-kemerdekaan, Belanda masih berupaya mengambil alih dengan melakukan agresi militer.
Selama masa tersebut, kata Ira, para pemuda bermufakat dan merencanakan aksi mereka di dalam masjid. Para ulama juga memberikan motivasi mereka.
“Masjid ini luput dari incaran Belanda karena tempatnya di dalam begini kan terpencil. Saat itu sudah ada rumah-rumah di gang,” terang Ira.
Arsitektur campuran beberapa budaya
Meski masjid tidak tampak luas, keunikan arsitekturnya bisa menarik perhatian warga yang melintas.
Ia menyampaikan, ada perpaduan ragam budaya di arsitektur bangunan Masjid Angke, setidaknya dari Belanda, China, dan Banten.
“Kalau kita lihat arsitekturnya ini gabungan antara Belanda, China, dan Jawa,” tutur Ira.
Mulai dari pintu, kata dia, merupakan gaya China. Sedangkan jendelanya bergaya Belanda, dan atap limasan memakai gaya khas Jawa yang juga mirip gaya China.
Dilaporkan oleh , Rabu (22/8/2018), masjid ini memiliki unsur arsitektur China. Teralis dan jendelanya berbentuk bulat panjang dan tanpa dihiasi ukiran, dengan mimbar masjid dibangun melekat ke tembok.
Bentuk teralis dan jendela ini mengadopsi gaya Belanda. Anak-anak tangga di depan juga menampilkan gaya kolonial.
Daun pintu masjid dihias dengan kusen berukir. Tak ketinggalan di atas pintu juga terdapat ukiran besar. Motif ukiran ini mengingatkan akan rumah Belanda.
Masjid Angke juga memiliki empat tiang besar yang mengingatkan akan bangunan tua peninggalan Belanda. Tiang-tiang ini terbuat dari kayu jati.
Model atap masjid ini juga menarik perhatian. Atap ini dibangun dengan bentuk limasan dan bersusun dua, dengan cungkup yang dipangaruhi arsitektur Jawa. Namun, ada beberapa yang menganggap atap masjid dipengaruhi oleh arsitektur China.
Ujung atapnya sedikit melengkung ke atas, yang mengacu terhadap gaya punggel di rumah-rumah Bali.
Di sekitar area masjid terdapat sejumlah makam para tokoh pejuang yang dulu melawan penjajah.
Salah satunya adalah makam yang dipercayai sebagai tempat peristirahatan Pangeran Syarif Hamid Alkadrie dari Kesultanan Pontianak.
Di makam tertulis Pangeran Hamid meninggal pada usia 64 tahun pada tahun 1854.
Mengingat nilai sejarahnya, berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) Nomor 1371 Tahun 2019, Masjid Angke atau Masjid Jami Al-Anwar ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.