redaksiharian.com – Mohammad Hoesni Thamrin atau MH Thamrin merupakan salah satu Pahlawan Nasional yang berasal dari Jakarta.
Sebagai pemuda asal Betawi, MH Thamrin memiliki peran besar dalam memperjuangkan kemerdekaan, terutama membantu rakyat kecil.
Maka dari itu, untuk mengenang sosok MH Thamrin, dibangunlah sebuah museum yang diberi nama Museum MH Thamrin. Lokasinya ada di Jalan Kenari 2 Nomor 15, Kenari, Kecamatan Senen, Kota Jakarta Pusat.
“Gedung ini dihibahkan oleh keluarga MH Thamrin menjadi sebuah museum, untuk mengenang bahwa ada sosok Pahlawan Nasional di Jakarta bernama MH Thamrin,” jelas petugas Museum MH Thamrin Dede Maulana kepada Kompas.com di lokasi, Rabu (21/6/2023).
Sejarah Museum MH Thamrin
Dede menceritakan, jauh sebelum dijadikan museum, gedung ini dulunya merupakan rumah milik seseorang berkebangsaan Belanda bernama Maneer de Haas.
Diperkirakan gedung ini sudah dibangun sejak abad ke-20 dan, konon, difungsikan sebagai tempat penyimpanan buah-buahan impor dari Australia, serta tempat pemotongan hewan.
“Dulu, hasilnya (buah dan hewan di rumah tersebut) didistribusikan ke instansi-instansi Belanda yang ada di Batavia,” tutur Dede.
Pada 12 Maret 1927, gedung tersebut kemudian dibeli oleh MH Thamrin, lalu direnovasi dan dihibahkan kepada organisasi pemasyarakatan, politik, dan pendidikan.
“Pada saat itu gedung ini dikenal sebagai gedung pemufakatan, karena sering dijadikan sebagai tempat perkumpulan, dalam rangka menuju kemerdekaan Indonesia,” ujarnya.
Adapun fungsinya, antara lain menjadi tempat dilaksanakannya Kongres Rakyat Indonesia yang mencetuskan Indonesia Berparlemen. Selain itu, pernah juga menjadi tempat Kongres Partai Nasional Indonesia pada 1935.
Lalu pernah menjadi tempat Kongres Gabungan Partai Indonesia pada 1939, dan menjadi sekolah dengan para tokoh pergerakan nasional sebagai pengajar.
“Selain menjadi tempat rapat, gedung ini dulu dijadikan sebagai sekolahan,” kata Dede.
MH Thamrin sendiri wafat pada 11 Januari 1941. Sebagai upaya mengenang jasa MH Thamrin, diresmikanlah gedung ini menjadi Museum MH Thamrin pada tahun 1986.
Punya koleksi asli milik MH Thamrin
Sebagian besar koleksi di Museum MH Thamrin berasal dari hibahan keluarga MH Thamrin.
“MH Thamrin tidak punya anak kandung, ia mengangkat seorang anak,” ujar Dede.
Dari anak angkat MH Thamrin-lah koleksi di museum ini bertambah, di antaranya lemari kaca, meja rias, meja serta kursi tamu, belangkon, serta dua radio Philips.
“Radio Philips ini dulu diletakkan di ruang tamu, didengarkan oleh MH Thamrin untuk memperoleh informasi dari dalam dan luar negeri,” kata Dede.
Selain barang asli milik MH Thamrin, ada juga koleksi yang dihibahkan dari berbagai pihak. Salah satunya sepeda ontel dari komunitas sepeda ontel di Yogyakarta.
“Pada masa MH Thamrin, sepeda ontel ini cukup populer, jadinya komunitas di Yogyakarta menghibahkan,” kata Dede.
Masih banyak lagi hal menarik yang bisa ditemui oleh wisatawan saat mampir ke Museum MH Thamrin. Bila hendak berkunjung, wisatawan cukup membayar tiket menggunakan kartu JakCard.
Pengunjung yang datang ke museum secara per orangan akan dikenakan biaya tiket masuk mulai dari Rp 2.000 untuk kalangan pelajar, mulai dari Rp 3.000 untuk kalangan mahasiswa, dan mulai dari Rp 5.000 untuk kalangan dewasa.
“Kalau datang bersama rombongan minimal 30 orang akan diberi diskon tiket masuk 25 persen,” kata Dede.
Adapun harga tiket masuk ke Museum MH Thamrin dalam bentuk rombongan yakni mulai dari Rp 1.500 untuk kalangan pelajar, mulai dari Rp 2.250 untuk kalangan mahasiswa, dan mulai dari Rp 3.750 untuk kalangan dewasa.