Maroko berhasil mencatat sejarah baru di Qatar, setelah berhasil lolos ke perempat final, Singa Atlas juga berhasil lolos ke babak semifinal.
Singa Atlas berambisi untuk meraih gelar piala dunia tak akan melakukan kesalahan sekecil apapun saat melawan juara bertahan Perancis di semifinal hari ini.
Perancis tahu kemenangan melawan paket kejutan Maroko akan membuat mereka hanya berjarak satu kemenangan untuk menjadi tim pertama dalam 60 tahun yang berhasil untuk mempertahankan trofi.
Maroko telah mengalahkan juara piala dunia edisi tahun 2010 Spanyol dan memulangkan CR7 bersama dengan Portugal dalam perjalanan ke semifinal, sebuah rekor yang membuat kapten Perancis Hugo Lloris memperingatkan rekan satu timnya agar tidak berpuas diri.
Bahkan redaksiharian.com memprediksi pertandingan nanti malam akan berlangsung sangat ketat. Kesebelasan Singa Atlas telah mempertaruhkan segalanya.
Mereka cepat menguasai bola, kuat dalam tekel, dan pertahanan mereka sangat rapat. Tetapi ada alasan lain yang membuat mereka menang atas Perancis :
1. Maroko Dapat Lolos ke Partai Final dengan Syarat :
Pencetak rekor baru Singa Atlas berjarak dua kemenangan lagi untuk mengangkat trofi Piala Dunia sepak bola pertama kalinya.
Tim ini belum terkalahkan di turnamen tahun ini dan hanya kebobolan sekali yaitu gol bunuh diri melawan Kanada di babak grup.
Jika mereka berhasil mengatasi Perancis malam ini, mereka akan bertemu dengan timnas Argentina. Hanya sedikit orang yang percaya bahwa mungkin saja Maroko menjuarai piala dunia pada 18 Desember 2022.
Tetapi sekarang yang mereka hadapi adalah juara dunia. Malam ini optimisme mereka melonjak tetapi ada syarat lain untuk dapat menang melawan Perancis :
- Pertahanan mereka tak boleh lengah.
- Bek Sayap tak boleh memainkan bola terlalu ke depan.
- En-Neysri harus lebih mencari celah, dan tidak bisa menerobos langsung ke daerah R. Varane.
- Memanfaatkan ketidakhadiran Upamecano dan Rabiot apabila mereka tidak dimainkan.
- Mewaspadai pergerakan Griezmann, Mbappe, dan Giroud, selain itu melakukan pemotongan gerak-gerik Dembele.
2. Konsistensi yang Tak Terbantahkan
Singa Atlas memiliki permainan yang sangat konsisten. Meskipun Hakim Ziyech berselisih dengan pelatih sebelumnya, Vahid Halilhodzic, tetapi berkembang di bawah asuhan Walid Regragui.
Bahkan pelatih berusia 47 tahun juga berhasil mengembangkan Sofiane Boufal yang bermain sangat baik. Semua itu membawa kita kembali ke pertanyaan tentang apakah sebuah negara yang hanya memenangkan dua dari 16 pertandingan di lima Piala Dunia sebelumnya dapat melangkah ke partai final? Mari berdiskusi di kolom komentar.
Pada kenyataannya melakukan sesuatu yang tampaknya hampir tidak masuk akal, bahkan menggelikan, pada awal turnamen. Tak ada satupun penggemar sepak bola mempercayai Maroko, bahkan dipandang sebelah mata.
Dan mungkin ini juga saat yang tepat untuk mengingat bagaimana dunia sepak bola tampil secara konsisten, dan membawa Maroko bangkit dari masa lalu untuk membawa trofi turnamen ke tanah Afrika.
Maroko pertama kali berkampanye untuk menjadi tuan rumah final tahun 1994, saat turnamen tersebut jatuh ke tangan Amerika Serikat.
Mereka mencoba lagi empat tahun kemudian dan Perancis dipilih sebagai gantinya. Kali berikutnya mereka mengajukan penawaran, pada tahun 2006, tawaran itu jatuh ke Jerman.
Kemudian, untuk tahun 2010, FIFA memutuskan sudah waktunya bagi Afrika untuk menggelar Piala Dunia pertamanya, tetapi Maroko kalah dari Afrika Selatan.
Latar belakang seperti itu membuat Maroko tak bisa diandalkan di piala dunia, tapi kini semua berbalik. Mereka secara konsisten belajar dari kesalahan untuk bangkit.
Ada kemungkinan melawan Perancis akan membuka jalan lebih banyak untuk negara Afrika guna terlibat di final melawan Argentina.
3. Kerja Keras Pelatih
Menyatukan perbedaan ego dalam 26 pemain memang tak mudah. Pelatih baru Maroko, Walid Regragui mengungkapkan :
“Jika kami hanya mencapai semifinal dan merasakan apa yang belum dirasakan itu sudah cukup, saya tidak setuju,” kata Regragui dalam konferensi pers. Jika anak asuh saya mencapai semifinal dan kalah, itu harus diperjuangkan.”
“Tim terbaik di turnamen Brazil sudah tersingkir. Kami adalah tim yang ambisius dan kami lapar juara, tapi saya tidak tahu apakah itu akan cukup,” tambahnya.
Ambisi pelatih berusia 47 tahun yang tinggi menyebarkan semangat kepada para pemainnya. Maroko adalah tim Afrika pertama yang mencapai empat besar tetapi Regragui memiliki pandangan untuk membuat lebih banyak sejarah.
“Kami ingin Afrika menjadi yang teratas di dunia, tetapi kami harus kuat untuk maju. Kami bukan favorit tetapi kami percaya diri, mungkin itu membuat saya marah, gila? Sedikit gila bisa bagus,” tambahnya .
“Semua orang mungkin mengira kami lelah, mereka bilang sebelum pertandingan terakhir juga, Anda tidak boleh lelah di semifinal Piala Dunia. Ya, kami masih lapar,” tambahnya.
Pelatih Maroko dengan cepat mengingatkan bahwa timnya telah mengalahkan Spanyol dan Portugal di babak sistem gugur untuk mengatur empat pertemuan terakhir mereka dengan tim asuhan Didier Deschamps.
“Kami mungkin memiliki rute yang paling sulit ke semifinal. Setiap putaran orang mengira kami akan tersingkir tapi kami masih disini dan kami akan berjuang sampai akhir,” katanya.
Singa Atlas memiliki beberapa masalah cedera termasuk bek tengah utama Romain Saiss tetapi Regragui mengatakan belum ada keputusan tentang kebugaran mereka.
“Kami memiliki sejumlah cedera tetapi kami memiliki staf medis yang bekerja keras dan datang dengan kabar baik setiap hari,” kata Reragui.
“Kami harus menunggu hingga menit terakhir, kami cenderung melakukan itu, tidak ada yang keluar tetapi juga tidak ada yang masuk,” katanya.
4. Doa dari Penggemar
Penggemar Singa Atlas terpesona oleh upaya tim mereka, tentu percaya tim berdiri di puncak kejayaan. Mereka berdoa yang terbaik untuk kesebelasan Maroko.
“Pertama kali di semifinal, sejarah Maroko telah dibuat,” kata Lubna, yang datang ke Qatar dari Rabat hanya untuk perempat final melawan Portugal. “Adios Spanyol, adios Portugal, adios siapapun berikutnya. Kita bisa memenangkannya.”
“Saya masih tidak percaya. Rasanya tidak nyata bagi saya,” kata Hassan Fadlaoui, 39 tahun. “Ini merupakan perjalanan yang luar biasa bagi Maroko dalam beberapa minggu terakhir ini, Maroko membuat sesuatu yang membuat banyak orang merasa lebih baik.”
Reem, Najma dan Lubna adalah tiga suporter Maroko lainnya yang melakukan perjalanan ke Doha hanya untuk pertandingan melawan Portugal.
Mereka bertiga akan kembali menonton laga Maroko menghadapi Perancis di semifinal nanti malam. “Kami akan kembali besok pagi, tapi kami akan kembali untuk semifinal,” kata Reem. “Pekerjaan bisa mengambil kursi belakang. Di Maroko, tidak ada yang peduli. Kami semua sedang demam Piala Dunia.”
Penggemar Maroko sangat antusias, dan mereka selalu berdoa yang terbaik untuk tim favoritnya. Singa Atlas seharusnya bermain lebih baik disini, apabila mereka kalah dari Perancis itu sulit untuk terulang di empat tahun kemudian.