redaksiharian.com – Seorang siswi yang marah karena ponselnya disita staf, membakar asrama sekolah dan menewaskan 19 anak di bawah umur di Guyana pada akhir pekan lalu.

Sumber pemerintah pada Selasa (23/5/2023) mengatakan kepada kantor berita AFP, siswi remaja itu mengaku melakukan pembakaran dan kini berada dalam penjagaan polisi di rumah sakit distrik kota Mahdia.

Polisi masih mempertimbangkan apakah akan menuntutnya atau tidak, kata pejabat itu.

Kebakaran pada Minggu (21/5/2023) tersebut menghanguskan gedung asrama yang dihuni gadis berusia 11-12 dan 16-17 tahun.

Selain korban tewas, sekitar 20 anak dibawa ke rumah sakit yang dua di antaranya masih dalam kondisi kritis.

“Mereka (staf) menyita ponsel gadis itu dan siswi tersebut pada malam yang sama mengancam akan membakar gedung, semua orang mendengarnya,” kata pejabat yang berbicara tanpa menyebut nama.

Ia melanjutkan, beberapa menit kemudian gadis itu ke area kamar mandi dan menyemprotkan insektisida ke tirai lalu menyalakan korek api.

Beberapa murid menceritakan versi kejadian yang sama.

Meskipun murid-murid lain berupaya memadamkan kebakaran , api dengan cepat menyambar langit-langit kayu dan akhirnya menghanguskan seluruh bangunan.

“Menurut para mahasiswi, mereka sedang tidur dan terbangun oleh teriakan,” demikian laporan polisi.

“Saat dicek, terlihat api/asap di area kamar mandi yang dengan cepat menyebar ke dalam gedung sehingga menyebabkan beberapa siswa mengalami luka bakar di tubuh dan menghirup asap, sedangkan beberapa lainnya melarikan diri.”

Gadis-gadis sempat terjebak semalaman di asrama dan wanita penjaga asrama memberitahu polisi bahwa dia panik kemudian tak bisa menemukan kunci pintu depan.

Asrama itu dipasangi jeruji logam di jendela yang mencegah murid melarikan diri.

Laporan polisi mengatakan, ada 57 murid di asrama yang merupakan bangunan beton berlantai satu berukuran sekitar 100 kaki kali 40 kaki (30,48 meter x 12,19 meter), dengan beberapa jendela, semuanya berpagar, dan lima pintu.