Agustus tahun lalu, ketika militer AS menuntaskan penarikannya dari Afghanistan, militer Afghanistan runtuh seperti domino di berbagai penjuru negara itu. Para anggota Taliban menyerbu Kabul, memicu evakuasi yang kacau.

Setahun kemudian, dalam wawancara eksklusif VOA dengan mereka berdua, kedua panglima terakhir Komando Sentral AS (CENTCOM) yang mengawasi pasukan AS di kawasan itu kini berbicara mengenai apa yang keliru di Afghanistan.

Frank McKenzie (Foto: Dept. of Defense)

Frank McKenzie (Foto: Dept. of Defense)

Jenderal Purnawirawan Frank McKenzie, mengatakan, “Menurut keyakinan saya, keputusan inti yang menyebabkan berbagai peristiwa tragis Agustus lalu adalah keputusan kita untuk meninggalkan Afghanistan sepenuhnya. Dan keputusan itu mencakup dua kepresidenan.”

Tim mantan presiden Donald Trump mencapai kesepakatan dengan Taliban untuk menarik seluruh tentara AS sebelum Mei 2021, dan tim Presiden Joe Biden menindaklanjutinya, mengundur tenggatnya menjadi 31 Agustus.

Jenderal purnawirawan Joseph Votel mengatakan, “Saya tidak menyetujui gagasan bahwa kita harus menarik keluar semua orang.”

McKenzie, yang mengawasi penarikan itu sebagai komandan CENTCOM, dan pendahulunya, Votel, justru merasa bahwa minimum 2.500 tentara Amerika perlu bertahan untuk membuat pasukan Afghanistan tetap mampu bertempur.

McKenzie melanjutkan, “2,500 tentara akan memungkinkan kita memiliki serangkaian pangkalan kecil dengan platform sangat kukuh yang akan mencakup Pangkalan Udara Bagram. yang akan mencakup Pangkalan Udara Bagram. Ini akan memberi kita kemampuan untuk melanjutkan dukungan bagi sistem logistik Afghanistan, akan memberi kita kemampuan untuk terus mendukung Angkatan Udara Afghanistan di darat.”

Presiden Joe Biden membela keputusannya untuk menarik seluruh tentara AS setahun silam. Ketika itu ia mengatakan, “Saya tidak akan memperpanjang perang selamanya ini, dan saya tidak akan memperpanjang penarikan keluar selamanya. Bagi mereka yang menginginkan dekade ketiga perang di Afghanistan, saya bertanya, apa kepentingan nasional yang vital? Dalam pandangan saya, kita hanya punya satu kepentingan, memastikan Afghanistan tidak pernah digunakan untuk melancarkan serangan terhadap tanah air kita.”

Ia masih berpegang teguh pada keputusan itu, dengan menunjuk serangan AS baru-baru ini yang menewaskan pemimpin al-Qaeda Ayman al-Zawahiri sebagai bukti keberhasilan apa yang disebut strategi AS menangkis teror.

Ia menambahkan, “Saya berjanji kepada rakyat Amerika bahwa kita akan terus melakukan operasi kontraterorisme yang efektif di dalam dan di luar Afghanistan. Kita telah melakukan itu.”

Tetapi kedua jenderal, yang kepemimpinan mereka di CENTCOM membentang pada seperempat masa terakhir kehadiran Amerika selama hampir 20 tahun di sana, mengatakan, data intelijen AS yang dikumpulkan mengenai kelompok-kelompok teror di Afghanistan hanya mencakup sebagian kecil dari kelompok yang ada sebelum penarikan pasukan. Mereka khawatir warga Amerika sekarang ini tidak lebih aman.

McKenzie mengemukakan, “Saya tidak percaya kita lebih aman sebagai akibat penarikan kita dari Afghanistan.”

Votel menimpali, “Ada banyak yang tidak kita ketahui mengenai organisasi, organisasi teroris, yang kerap tertinggal di lapangan. Ada tugas yang harus kita lakukan di sini, dan saya pikir kita tidak lebih stabil atau lebih aman. Saya pikir Afghanistan menjadi lebih tidak stabil, dan akibatnya, kawasan ini menjadi lebih tidak stabil.”

Tiga belas tentara AS dan sedikitnya 170 orang lainnya tewas dalam serangan bunuh diri ISIS pada salah satu hari terakhir dalam evakuasi AS. Ini adalah hari dengan jumlah korban tentara Amerika terbanyak di Afghanistan dalam satu dekade.
Misi yang berlangsung dua pekan itu mengevakuasi lebih dari 120 ribu orang, tetapi puluhan ribu sekutu AS tertinggal di sana. [uh/ab]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.