Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman setuju untuk bekerjasama meringankan dampak perang di Ukraina dalam pembicaraan di Paris, kata Kantor Kepresidenan Prancis, Jumat (29/7).

“Presiden dan Putra Mahkota Arab Saudi menegaskan perlunya mengakhiri konflik ini dan mengintensifkan kerja sama mereka untuk mengurangi dampaknya di Eropa, Timur Tengah dan dunia yang lebih luas,” kata sebuah pernyataan dari kantor itu.

Para ajudan presiden Prancis sebelumnya mengindikasikan, dalam pembicaraan dengan Mohammed bin Salman, yang dikenal dengan singkatan MBS, Macron berencana mendesak Arab Saudi untuk meningkatkan produksi minyaknya guna membantu menurunkan harga minyak mentah.

Pernyataan itu tidak secara eksplisit menyebut minyak atau gas, tetapi menyebutkan bahwa Macron telah “menegaskan pentingnya melanjutkan koordinasi yang sedang berlangsung dengan Arab Saudi terkait diversifikasi pasokan energi untuk negara-negara Eropa.”

Mengingat pasokan minyak dan gas Rusia tidak tersedia untuk negara-negara Uni Eropa karena sanksi atau ditahan oleh Moskow, negara-negara Eropa kini mati-matian mencari sumber-sumber alternatif bahan bakar fosil. Arab Saudi adalah salah satu dari sedikit negara di dunia yang memiliki kapasitas untuk meningkatkan produksi.

Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman berjabat tangan sebelum jamuan makan malam di Istana Elysee di Paris, Prancis, 28 Juli 2022. (REUTERS/Benoit Tessier)

Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman berjabat tangan sebelum jamuan makan malam di Istana Elysee di Paris, Prancis, 28 Juli 2022. (REUTERS/Benoit Tessier)

Pernyataan Prancis itu juga mengatakan bahwa Macron dan MBS membahas ketahanan pangan di tengah kekhawatiran kelaparan yang disebabkan oleh tidak adanya suplai gandum dari Ukraina. Pembicaraan saat makan malam oleh kedua pemimpin mencakup krisis regional termasuk perang di Yaman dan program nuklir Iran.

“Sehubungan dengan perang di Yaman, presiden memuji upaya Arab Saudi dalam mencari solusi politik, global dan inklusif di bawah naungan PBB dan menyatakan harapan bahwa gencatan senjata akan berlanjut,” kata pernyataan itu.

Yaman telah dicengkeram konflik sejak pemberontak Houthi yang didukung Iran menguasai ibu kota Sanaa pada 2014. Aksi Houthi memicu intervensi militer pimpinan Saudi untuk mendukung pemerintah yang terkepung pada tahun berikutnya.

Juni lalu, pihak-pihak yang bertikai di sana sepakat memperbarui gencatan senjata yang telah berlangsung dua bulan. [ab/ka]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.