RedaksiHarian – Opposite asal Amerika Serikat itu tak bisa lagi menutupi kekecewaan setelah AI Peppers takluk dari GS Caltex Seoul KIXX pada Selasa (2/1/2024).
Mereka gagal memberikan perlawanan usai dikalahkan dalam tiga set tanpa balas dengan skor akhir 11-25, 17-25, 21-25.
Hasil tersebut memperpanjang derita tim yang sejak awal musim terbenam di dasar klasemen Liga Voli Korea dengan 13 kekalahan beruntun.
Musim ini, tim termuda di kompetisi putri Liga Voli Korea itu baru menang 2 kali dari 18 laga yang sudah dijalani.
Seusai pertandingan, Yaasmeen lalu mengumpulkan rekan-rekannya untuk memberikan motivasi dengan suara yang keras.
Ekspresi marah terlihat di wajah atlet dengan postur 193cm itu.
“Bukan hanya saya yang merasakannya, saya yakin Anda semua merasakan hal yang sama. Kita harus berubah dari sekarang.”
“Bukan hanya saya yang berubah, kita semua harus berubah bersama-sama. Kita tidak boleh lagi menjadi lemah.”
“Kita adalah satu tim. Jika semua orang bekerja sama, kita bisa mengatasi krisis ini,” tegasnya menyemangati para pemain dengan ekspresi serius.
Yaasmeen sendiri menjadi jantung tim asal Gwangju tersebut dengan selalu menyumbangkan poin terbanyak.
Saat melawan GS Caltex, Yaasmeen kembali menjadi pencetak poin tertinggi untuk timnya dengan raihan 18 poin dan tingkat keberhasilan serangan yang cukup tinggi yakni 58,62 persen.
Sepanjang musim Yaasmeen telah mengemas 459 poin dan bertengger dalam klasemen top skor Liga Voli Korea.
Dengan Megawati Hangestri Pertiwi, pebola voli Indonesia yang menjadi ujung tombak Daejeon JungKwanJang Red Sparks, Yaasmeen unggul 22 poin lebih banyak.
Yaasmeen sendiri bukan nama baru di Liga Voli Korea. Sebelum ini dia membela Suwon Hyundai E&C Hillstate selama dua musim pada 2021-2022 dan 2022-2023.
Di AI Peppers Yaasmeen sejatinya dipasangkan dengan outside hitter berpengalaman timnas voli Korea, Park Jeong-ah.
Akan tetapi Park Jeong-ah sejauh ini masih belum menunjukkan kapasitasnya usai musim lalu ikut mengantarkan Gimcheon Korea Expressway Hi-Pass menjuarai Liga Voli Korea.
Kekuatan serangan AI Peppers memang masih lemah. Potensi Yaasmeen kurang dimaksimalkan gegara kelemahan tim dalam penerimaan bola.
Saat dikalahkan GS Caltex, AI Peppers bahkan hanya mencatat efisiensi receive sebesar 14,7 persen selain kehilangan 7 poin dari servis.
Sementara itu, pelatih AI Peppers, Joe Trinsey, menyadari bahwa kekompakkan timnya masih jauh dari kata sempurna.
“Chemistry antara setter dan penyerang tidak stabil. Efisiensi serangan rendah dalam situasi transisi.”
“Ada banyak bola serangan yang tidak bisa dimanfaatkan, atau terlalu dekat sehingga tidak ada pilihan selain mengoper bola ke tim lawan sebagai tipuan.”
Trinsey percaya kekalahan beruntun bukan menjadi alasan bagi pemain untuk tertekan.
“Pertama-tama, kerja sama tim. Kekompakan tim harus dipastikan. Setelah kekompakan terjalin, aspek teknis akan mengikuti secara sendirinya,” ujarnya.
“Saya pikir kita perlu membangun kerja sama tim terlebih dahulu,” kata pelatih berkebangsaan Amerika Serikat itu dengan tegas.