RedaksiHarian – GS Caltex masih menjaga rekor sempurna dalam tiga pertemuan ketika menghadapi Megawati Hangestri Pertiwi dkk pada Liga Voli Korea musim ini.
Tim asal Ibu Kota itu berhasil mengalahkan Red Sparks di kandangnya pada laga yang dihelat di Chungmu Gymnasium, Daejeon, Kamis (21/12/2023).
Mereka menang dengan skor 3-1 (25-19, 22-25, 25-23, 25-17).
Red Sparks sejatinya memiliki momentum untuk berbalik unggul setelah merebut set kedua sebagai penyama kedudukan menjadi 1-1.
Momentum tersebut berlanjut pada set ketiga saat Red Sparks mampu membuka jarak keunggulan tiga poin pada skor 9-6.
Akan tetapi asa tersebut kandas setelah GS Caltex justru mampu membalikkan keadaan pada 12-13.
Ternyata, hal itu tak lepas dari strategi pelatih GS Caltex yang melakukan rotasi pada posisi setter.
Setter utama GS Caltex, Kim Ji-won digantikan oleh setter pelapis yang merupakan seorang rookie berusia 19 tahun yakni Lee Yoon-shin.
Pemain bernomor punggung 3 itu masuk saat timnya masih dalam posisi tertinggal dari Red Sparks.
Pelatih GS Caltex, Cha Sang-hyun, mengatakan Lee Yoon-shin mampu memberikan kontribusi yang besar untuk kembali memenangkan set ketiga.
“Saya melakukan pergantian yang baik. Namun, dia (Lee Yoon-shin) masih muda dan tidak bisa sepenuhnya menerima tuntutan kakak-kakaknya dan butuh waktu,” katanya, memberikan umpan balik dan pujian.
Seusai pertandingan, atlet berusia 19 tahun itu menghadiri sesi konferensi pers untuk pertama kalinya sejak debutnya dengan terlihat gugup.
Lee mengungkapkan perasaan bahagianya bisa membantu tim untuk meraih kemenangan.
Selain itu, dia juga menceritakan dulu bahwa ia hanya seorang ball boy atau anak bola untuk tim GS Caltex sejak masih duduk di bangku sekolah menengah.
“Saya adalah seorang ball boy untuk GS Caltex di sekolah menengah, dan sekarang saya bermain sebagai anggota tim, jadi saya merasa sangat terhormat dan gugup,” ucap Lee Yoon-shin.
“Saya berlatih keras untuk lemparan ke belakang. Saya sudah terbiasa dengan serangan ringan sampai batas tertentu, tetapi menggunakan bagian tengah masih sulit,” akunya.
“Di sekolah menengah, sangat mudah untuk menangani blok lawan. Saat saya melakukan lemparan di tingkat profesional (senior), saya merasa mengalami kesulitan,” tambahnya.
Dia berharap ke depannya terus mendapatkan banyak menit bermain.
“Ketika saya memulai set, saya ingin memainkan seluruh set dan menang,” kata Lee.
“Saya selalu merasa ketika saya memulai sebagai starter, selisih skor melebar dan atmosfernya menurun,” jelasnya.
Sebagai penentu Rookie of The Year, Lee bersaing dengan middle blocker Gimcheon Korea Expressway Hi-Pass, Kim Se-been. Pemain yang sama-sama kelahiran tahun 2005 itu.
“Se-been datang ke tim profesional sebagai pilihan pertama dan terus bermain sebagai starter. Ia terlihat sulit (dikalahkan),” imbuhnya.
“Namun, saya berharap saya memiliki kemungkinan,” ujarnya.