RedaksiHarian – Persaingan perebutan tiket play-off Liga Voli Korea 2023-2024 semakin seru seiring kekalahan yang didapatkan GS Caltex.
Tim legendaris Korea Selatan yang pernah menjuarai liga selama sembilan musim beruntun kembali tak bisa berbuat banyak.
GS Caltex harus mengakui ketangguhan Suwon Hyundai E&C Hillstate dalam pertandingan empat set, Jumat (9/2/2024).
Bertindak sebagai tuan rumah, GS Caltex tumbang dengan skor 1-3 (25-23, 19-25, 11-25, 14-25) dari tim peringkat satu itu.
Dengan kekalahan ini membuat Gyselle Silva dan kolega gagal menjauh dari kejaran Daejeon JungKwanJang Red Sparks.
Tim yang dibela pevoli Indonesia, Megawati Hangestri Pertiwi sebenarnya juga baru saja menelan hasil minor.
Red Sparks kalah dengan skor yang sama dari Incheon Heungkuk Life Pink Spiders sehari sebelumnya.
Meduduki peringkat ketiga dengan meraih 45 poin, GS Caltex masih unggul empat poin atas tim besutan Ko Hee-jin tersebut.
Mengakhiri laga dengan hasil minor tentu bukanlah hal yang menyenangkan bagi Cha Sang-hyun, pelatih GS Caltex.
Pria berusia 49 tahun itu tak menampik bahwa dirinya merasa kesal karena para pemainnya melakukan kesalahan.
Bagi Cha, penampilan yang ditunjukkan para pemain GS Caltex dalam laga ini terbilang memalukan.
“Jika satu atau dua pemain membuat kesalahan, kami membutuhkan seorang pemain untuk membereskan itu di tengah,” ucap Cha.
“Tapi semuanya tidak terorganisir, kecemasan semakin meningkat, semuanya goyah, itu memalukan.”
Lebih lanjut, Cha merasa timnya benar-benar sangat lemah dalam berbagai aspek seperti konektivitas, hingga ritme yang ditunjukkan.
“Saya harus berpikir dan para pemain harus merenung, saya tidak dapat memahami bahwa receive kami rapuh tapi koneksinya tidak bagus,” ucap Cha.
“Secara keseluruhan ritme permainan kami tidak bagus,” tuturnya menambahkan.
Dia pun menyadari bahwa kesempatan untuk bangkit masih bisa asalkan para pemain kembali bisa tampil padu.
Akan tetapi, hal itu pada akhirnya tidak terwujud dan GS Caltex harus menelan kekalahan menyakitkan ini.
Cha juga merasa kasihan dengan para pemainnnya yang seolah seperti kehilangan rasa percaya diri karena hasil minor yang didapat.
“Ketika segala sesuatunya mulai berjalan tidak seusai rencana, kami harus menyatukannya sebagai sebuah tim,” kata Cha.
“Tentu hal itu sulit karena ada satu bagian yang terkendala.”
“Para pemain telah kehilangan terlalu banyak kepercayaan diri, saya merasa kasihan pada mereka,” imbuhnya.