redaksiharian.com – – Ada satu permukiman unik di Gunungkidul, Daerah istimewa Yogyakarta, yakni Kampung Pitu .

Sesuai namanya, yakni Pitu yang berarti tujuh, keunikan kampung ini adalah karena hanya dihuni tujuh kepala keluarga.

Kampung ini berada di kawasan perbukitan Gunung Api Purba Nglanggeran , tepatnya sebelah timur puncak Nglanggeran.

Lokasi Kampung Pitu tepatnya berada di Kelurahan Nglanggeran, Kepanewon atau Kecamatan Patuk, Gunungkidul, DIY.

Wisatawan bisa sekalian berkunjung ke Kampung Pitu usai menjelajah pesona puncak Gunung Api Purba Nglanggeran.

Bisa nginap di Kampung Pitu

Berkunjung ke Kampung Pitu, ternyata bisa juga sekalian menginap. Dengan menginap, wisatawan bisa merasakan sensasi kampung yang hanya dihuni tujuh kepala keluarga di puncak pegunungan ini.

Berkunjung ke Kampung Pitu, harus melewati jalanan cor blok tanjakan dan turunan cukup curam. Pemandangan persawahan dan rumah penduduk di sela batuan vulkanik jutaan tahun lalu.

Beberapa tiang lampu baru akan dipasang jalan menuju kawasan Kampung Pitu. Begitu masuk kampung, ada mushala yang dibangun tahun 2016 lalu.

Di atas perbukitan setelah sampai, wisatawan bisa menikmati pemandangan salah satu bagian puncak gunung api purba Nglanggeran.

Sekilas, kampung ini tak berbeda dengan wilayah lainnya di Gunungkidul. Sebagian besar rumahnya berbentuk limasan. Rumah berdiri berjauahan karena kondisi tanah berbukit.

Sejak sering dikunjungi wisatawan, Kampung Pitu sudah tersedia fasilitas umum, seperti toilet. Selain itu ada limasan yang dibangun untuk beristirahat.

Suasana Kampung Pitu

Suasana sejuk, ditambah suara hewan liar seperti burung dan serangga menjadikan suasana di kampung pitu cukup unik. Kompas.com menuju ke salah satu sesepuh Kampung Pitu, yakni Redjo Dimulyo.

Di sana disambut oleh salah seorang anak Redjo Dimulyo, yakni Surono (42). Dia mengatakan, kampung pitu sudah terbuka bagi wisatawan yang mau menginap.

Namun demikian, tidak seperti homestay yang lain. Fasilitas di Kampung Pitu masih sederhana, khas warga pedesaan.

Dikatakannya, pengunjung rata-rata per minggunya cukup banyak. Pengunjung biasanya masuk bisa melalui sekretariat Gunung Api Purba Nglanggeran, atau langsung ke Kampung Pitu.

“(per pekan) Rata-rata 50 wisatawan yang datang. Kalau hari biasa satu dua orang, dan kalau akhir pekan lebih banyak lagi. Kalau ada yang mau menginap bisa di rumah warga nanti bisa,” kata Surono ditemui di rumahnya Jumat (16/6/2023).

Dia mengatakan pengunjung bisa menikmati suasana alam di sekitar kampung pitu, kampung yang awalnya bernama Tlogo. Baru sekitar tahun 2014 atau 2015 berubah menjadi Kampung pPtu.

Suasana yang bisa dinikmati seperti camping bersama keluarga, melihat pemandangan dari atas perbukitan seperti layaknya pendakian.

Adapun untuk tiket masuk ke puncak kampung pitu dan sekitar selo kembar untuk wisatawan nusantara dikenakan tarif Rp 15.000 dan turis asing Rp30.000 per orang. Wisatawan bisa menyaksikan pemandangan dari perbukitan.

Ngatinem salah seorang pedagang di sekitar Puncak Kampung Pitu mengatakan, setiap akhir pekan banyak wisatawan yang camping di sekitar selo kembar. Beberapa yang sudah langganan biasanya menghubunginya untuk memesan makanan.

“Kadang-kadang saya itu ada yang ke sini ngopi, jadi saya kadang buka sampai malam. Biasanya dari sore pengunjung ke sini dan makan gorengan,” kata Ngatinem.