Mikroelektronika yang diproduksi di AS dan negara-negara sekutunya merupakan komponen penting dalam sistem persenjataan Rusia yang digunakan dalam invasinya di Ukraina, kata laporan yang dikeluarkan lembaga Inggris, Royal United Services Institute (RUSI).
Laporan RUSI, “Silicon Lifeline: Western Electronics as the Heart of Russia’s War Machine”, mengatakan, lebih dari 450 komponen buatan asing telah ditemukan dalam senjata Rusia yang ditemukan di Ukraina. Para penulis laporan itu mengatakan Moskow mendapatkan teknologi yang sangat penting itu dari berbagai perusahaan di AS, Eropa dan Asia pada tahun-tahun sebelum invasi.
Ukraina mengatakan Rusia menembakkan lebih dari 3.650 rudal dan roket berpemandu ke wilayahnya dalam lima bulan pertama perang. Sebagian besar senjata itu sangat bergantung pada teknologi mikroelektronika buatan Barat, kata salah seorang penulis laporan itu, Gary Somerville, yang juga peneliti di Open-Source Intelligence and Analysis Research Group di RUSI.
“Tampaknya mereka tidak benar-benar memiliki kemampuan untuk mereproduksi, setidaknya pada level kecanggihan dan skala yang sama, banyak di antara mikroelektronika penting ini. Ini adalah mikroelektronika yang akan benar-benar penting untuk, misalnya amunisi berpemandu presisi yang memiliki unit-unit pemrosesan yang sangat canggih,” kata Somerville kepada VOA.
Ini mencakup rudal jelajah Rusia Iskander 9M727, salah satu senjatanya yang paling canggih. Para peneliti RUSI menemukan sejumlah rudal di lapangan di wilayah Ukraina dan memeriksa mikroelektronika di dalamnya.
Mereka mendapati beberapa komponen yang berasal dari Barat, termasuk prosesor sinyal digital, modul memori kilat (flash memory module) dan modul RAM statis yang dibuat perusahaan-perusahaan berbasis di AS seperti Texas Instruments, Advanced Micro Devices dan Cypress Semiconductor, selain sistem kabel ethernet yang berasal dari perusahaan-perusahaan Amerika, Belanda dan Jerman.
Rudal jelajah Rusia Kh-101, yang beberapa di antaranya menarget ibu kota Ukraina, Kyiv, didapati mengandung 31 komponen dari luar negeri.
Semua perusahaan mikroelektronika yang disebut dalam laporan itu mengatakan bahwa mereka mematuhi peraturan mengenai sanksi perdagangan dan mereka telah berhenti menjual komponen untuk Rusia. Tidak ada pernyataan dalam laporan itu bahwa perusahaan-perusahaan tersebut melanggar UU pengendalian ekspor. [uh/ab]
Beberapa informasi dalam laporan ini diambil dari Reuters.
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.