Presiden AS Joe Biden Senin sore (1/8) mengkonfirmasi bahwa serangan pesawat nirawak Amerika di Afghanistan akhir pekan lalu menewaskan pemimpin Al-Qaida Ayman Al-Zawahiri. Ia mengatakan “keadilan telah ditegakkan.”

“Pemimpin teroris ini sudah tidak ada lagi,” ujarnya dalam pidato dari balkon Gedung Putih.

Biden mengatakan pejabat-pejabat intelijen Amerika melacak Al Zawahiri di sebuah rumah di pusat kota Kabul, di mana ia bersembunyi bersama keluarganya. Biden menyetujui operasi yang dilakukan pada hari Minggu (31/8).

Tewasnya Al Zawahiri menjadi kemenangan upaya kontra-terorisme yang signifikan, sebelas bulan setelah pasukan Amerika meninggalkan negara itu pasca perang selama 20 tahun.

Pemimpin Al-Qaida Ayman Al-Zawahiri tewas oleh serangan pesawat nirawak AS.

Pemimpin Al-Qaida Ayman Al-Zawahiri tewas oleh serangan pesawat nirawak AS.

Serangan yang dilakukan oleh Badan Intelijen Amerika CIA itu dikonfirmasi oleh lima orang yang mengetahui masalah tersebut dan berbicara dengan syarat anonim sebelum Biden memberitahu pada warga tentang perincian operasi tersebut melalui siaran televisi nasional.

Biden: Al Zawahiri Senantiasa Menarget AS

Tewasnya Al Zawahiri menghilangkan sosok yang lebih dari tokoh mana pun telah membentuk Al Qaida; pertama, sebagai wakil Osama bin Laden sejak tahun 1998, dan kedua sebagai penggantinya. Secara bersama-sama, Al Zawahiri dan bin Laden mengarahkan gerakan jihad untuk menarget Amerika, dengan melakukan serangan yang paling menelan banyak korban jiwa di wilayah Amerika pada 11 September 2001.

Pejabat saat ini dan mantan pejabat Amerika mulai mendengar informasi soal tewasnya Al Zawahiri dalam serangan pesawat nirawak Minggu sore, tetapi pemerintah menunda merilis informasi itu hingga kematiannya dapat dikonfirmasi.

Menurut seorang pejabat intelijen senior, rumah tempat Al Zawahiri berada ketika ia dibunuh adalah milik pembantu utama pemimpin senior Taliban, Sirajuddin Haqqani. Pejabat itu juga menambahkan bahwa tim darat CIA dan pengintaian udara yang dilakukan setelah serangan nirawak itu mengukuhkan kematian Al Zawahiri. Rencana operasi itu dimulai enam bulan lalu, tetapi diintensifkan dalam dua bulan terakhir ini.

AS Mundur dari Afghanistan, Al Qaida Kembali Susun Kekuatan

Selama perang di Afghanistan selama 20 tahun, Amerika menarget dan memecah belah Al Qaida, membuat para pemimpinnya bersembunyi. Tetapi mundurnya pasukan Amerika dari Afghanistan pada pertengahan Agustus lalu memberi kesempatan kepada kelompok itu untuk membangun organisasi itu kembali.

Pejabat militer Amerika, termasuk Ketua Kepala Staf Gabungan Jendral Mark Milley, mengatakan Al Qaida sedang mencoba menyusun kekuatan kembali di Afghanistan di mana ia menghadapi ancaman terbatas dari Taliban yang kini berkuasa. Para pemimpin militer telah memperingatkan bahwa kelompok itu masih bertekad menyerang Amerika.

Serangan 11 September 2001 di World Trade Center, New York dan Pentagon, Washington DC, menjadikan bin Laden sebagai musuh nomor satu Amerika. Tetapi ia tidak akan pernah melakukan serangan itu tanpa wakilnya, Al Zawahiri. Bin Laden membawa kharisma dan uang, sementara Al Zawahiri membawa strategi dan ketrampilan organisasi yang diperlukan untuk membentuk militansi sel-sel jaringan itu di berbagai negara di seluruh dunia.

Ikatan keduanya ditempa pada akhir tahun 1980an ketika Al Zawahiri dilaporkan merawat miliuner Arab Saudi, Osama bin Laden, di gua-gua Afghanistan ketika Uni Soviet mengguncang pegunungan di sekitar mereka dengan serangkaian pemboman.

Al Zawahiri berada dalam daftar Teroris Paling Dicari Biro Penyidik Federal FBI di mana siapa pun yang dapat memberi informasi yang dapat digunakan untuk menangkap atau membunuhnya akan diberi hadiah 25 juta dolar. [em/jm]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.