Jika dilihat sepintas, tampak luar sebuah bangunan kondominium yang tembok depannya berlapis bata dan berlokasi di 670 Union Street, hampir serupa dengan bangunan lainnya yang berada di kawasan kota Brooklyn, New York. Namun bagian dalamnya memperlihatkan kuda-kuda dan tiang-tiang penyangga yang terbuat dari kayu.
Inilah kondominium “Timber House” yang dirancang oleh arsitek Eric Lifton.
“Bangunan ini dibangun dengan menggunakan struktur kayu. Ini sangat tidak biasa bagi bangunan enam lantai seperti ini, yang biasanya dibangun dari beton atau baja. Kayu adalah sumber daya terbarukan. Pohon-pohon tumbuh, kini kita mengalami surplus kayu. Jadi banyak stok kayu tersedia. Ini juga alternatif bagi beton atau baja. Ini merupakan bahan yang indah untuk membuat ruang-ruang tempat bermukim, dan merupakan cara berkelanjutan dalam membangun tempat tinggal,” jelasnya.
Lifton berharap, kondominium itu dapat menjadi model untuk konstruksi masa depan di New York.
Suzan Wines dari fakultas arsitektur di City College of New York, mengatakan, para arsitek memiliki kewajiban yang besar untuk mengurangi emisi karbon dioksida dengan memilih untuk menggunakan bahan yang hemat energi.
“Beton dan baja memiliki jejak karbon yang cukup besar dalam memproduksinya, masing-masing menghasilkan sekitar 10 persen dari emisi karbon dioksida global, setiap tahun. Sedangkan kayu, pada dasarnya memiliki nol atau minus jejak karbon. Penyebabnya adalah, ketika pohon-pohon itu tumbuh, mereka menyerap karbon dioksida selama proses fotosintesis,” lanjutnya.
Kode Bangunan Internasional pada tahun 2021 menambahkan ketentuan yang memperbolehkan penggunaan kayu bagi bangunan hingga setinggi 18 lantai.
Kondominium Timber House tidak menggunakan gas alam, menghasilkan listrik sendiri dari panel surya yang berada di atap dan menyediakan tempat pengisian daya mobil listrik di tempat parkir.
Bagi mereka yang merasa takut untuk tinggal di kondominium karena menganggapnya mudah terbakar, Lifton menjelaskan, “Mass timber atau kayu rekayasa bukanlah material yang mudah terbakar, karena ukurannya besar. Kalau Anda pernah mencoba membakar sebuah balok kayu di perapian dengan korek api, sulit sekali menyalakan sebatang kayu yang besar. Dibutuhkan panas yang banyak, kemudian kobaran api untuk membakarnya.”
Minat pembeli terhadap kondominium ramah lingkungan ini cukup tinggi. Kepada Reuters, Lifton mengungkapkan, 14 dari 16 unit terjual dalam waktu cepat. [lj/uh]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.