REUTERS/AFP — Prihatin dengan siswa tunarungu di Tanah Air yang sering ketinggalan pelajaran agama, ustaz Abdul Kahfi mendirikan pesantren untuk membantu mereka belajar dan mengaji kitab suci Al-Qur’an dengan menggunakan bahasa isyarat.

Anak-anak duduk bersila di lantai, menggerakkan tangan mereka secara ekspresif sambil melihat buku pelajaran mereka.

Pendiri sekolah Abu Kahfi (kanan) mengajar santri di pesantren anak tunarungu di Sleman. (Foto: AFP/Juni Kriswanto)

Pendiri sekolah Abu Kahfi (kanan) mengajar santri di pesantren anak tunarungu di Sleman. (Foto: AFP/Juni Kriswanto)

Abdul berharap sekolah ini akan memudahkan generasi penerus untuk belajar tentang Islam.

“Saat ini orang dewasa dengan gangguan pendengaran hampir tidak mengetahui agama secara mendalam karena sejak usia sekolah mereka tidak pernah mempelajarinya,” kata ulama tersebut, seraya mencatat betapa minat terhadap sekolahnya telah menyebar dengan cepat.

Santri belajar mengaji dengan bahasa isyarat di Pesantren Anak Tunarungu di Sleman (Foto: AFP/Juni Kriswanto)

Santri belajar mengaji dengan bahasa isyarat di Pesantren Anak Tunarungu di Sleman (Foto: AFP/Juni Kriswanto)

Siswa tunarungu biasanya membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk belajar membaca dan menghafal Al-Quran di sekolah.

Pelajar mengaji dengan bahasa isyarat di sebuah pondok pesantren anak tunarungu di Sleman. (Foto: AFP/Juni Kriswanto)

Pelajar mengaji dengan bahasa isyarat di sebuah pondok pesantren anak tunarungu di Sleman. (Foto: AFP/Juni Kriswanto)

Di sebuah ruangan yang berjarak 100 meter dari ruangan yang menampung anak laki-laki, sekelompok anak perempuan berpakaian muslim duduk terpisah dari rekan laki-laki mereka, melakukan latihan yang sama dalam barisan.

Muhammad Rafa, seorang siswa berusia 13 tahun yang telah terdaftar di sekolah selama dua tahun, memutar ibu jari dan jari-jarinya ke dalam tanda yang berbeda, fokus pada pembelajaran ayat di depannya.

Siswa belajar mengaji menggunakan bahasa isyarat di sebuah pondok pesantren anak tunarungu di Sleman. (Foto: AFP/Juni Kriswanto)

Siswa belajar mengaji menggunakan bahasa isyarat di sebuah pondok pesantren anak tunarungu di Sleman. (Foto: AFP/Juni Kriswanto)

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.