redaksiharian.com – Fahri Hamzah mengatakan peristiwa reformasi 1998 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja karena kematian empat mahasiswa Universitas Trisakti.

Peristiwa itu adalah rangkaian panjang perjuangan seluruh elemen bangsa, bukan hanya mahasiswa, tapi juga rakyat hingga ke tingkat jelata.

Dia mengingat pidato Amien Rais lah yang memantik gerakan itu bermunculan, pidato tentang suksesi 1998 yang disampaikan beberapa tahun sebelum peristiwa Kerusuhan Mei 1998 terjadi.

Fahri mengingat sebulan sebelum peristiwa kerusuhan terjadi, gerakan mahasiswa sudah mulai menggeliat.

“Saya kalau tidak salah saya keliling dengan Pak Amien, keliling 29 Maret itu kan kongres yang melahirkan KAMMI. Lalu April kita itu roadshow untuk pemanasan kampus-kampus,” ucap Fahri saat ditemui di Taliwang Heritage, Depok, Jawa Barat, Rabu (17/5/2023) pekan lalu.

Amien Rais saat itu menjadi figur penting reformasi. Fahri Hamzah “menjual” Amien Rais untuk membangkitkan gerakan mahasiswa di berbagai daerah.

Waktu itu, kata Fahri, para mahasiswa melihat sosok Amien Rais sebagai dosen yang jujur menyampaikan pikiran-pikirannya, Ia juga adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, sebuah ormas terbesar kedua di Indonesia setelah NU.

Saat menawarkan reformasi tersebut, Fahri ditanya oleh Amien Rais terkait ujung dari tujuan pergerakan mahasiswa itu.

“Saya ketemu sama Pak Amien di Menteng, PP Muhammadiyah. Nah ‘Pak Amien, teman-teman mengamanahkan pertanyaan kepada Pak Amien, gerakan mahasiswa ini sudah cukup siap, kita mau jalan bareng dengan Pak Amien, bagaimana menurut Pak Amien’?” kata Fahri.

“Di situ dia (Amien Rais) mengatakan, ‘Mas Fahri, kalau Anda datang kepada saya kurang dari meminta agar presiden Soeharto turun, saya enggak bisa’,” Fahri mengulang ucapan Amien Rais.

Namun, Fahri berhasil meyakinkan Amien Rais bahwa gerakan mahasiswa yang semakin bergejolak berujung pada pelengseran Soeharto untuk terwujudnya reformasi.

Amien Rais kemudian setuju digunakan untuk membangkitkan gerakan mahasiswa di tiap daerah.

“Sejak saat itu lah saya mulai keliling daerah ketemu mahasiswa membawa Pak Amien. Jadi bisa dibilang, saya dengan teman-teman itu nentengin pak Amien kemana-mana,” ucap dia.

Sebab itu, ketika peristiwa penembakan empat mahasiswa Universitas Trisakti, kedua tokoh reformasi ini tidak ada di Jakarta. Fahri dan Amien Rais sedang berada di Pasuruan saat itu.

Mereka berdua sebenarnya punya agenda untuk menyuarakan suara reformasi ke Surabaya, namun mendengar kabar kerusuhan pecah pada 12 Mei, Fahri dan Amien balik kanan ke Jakarta.

“Makanya kami sampai Jakarta kalau enggak salah tanggal 14 ya, tanggal 14 itu sudah kerusuhan, kacau lah saat itu. Kami naik ambulans kemana-mana sama Pak Amien, karena memang ambulans paling aman untuk travelling di Jakarta karena banyak blokade dan banyak tempat yang tidak bisa dimasuki oleh mobil biasa,” kata Fahri.

Amien Rais meminjam ambulans dari Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, salah satu rumah sakit milik Muhammadiyah.

Mereka meluncur ke Universitas Trisakti, bertemu para tokoh negeri misalnya Hariman Siregar, Adnan Buyung Nasution, dan Malik Fajar.

Eskalasi kerusuhan semakin meningkat, Soeharto yang berada di Mesir untuk kunjungan kerja kemudian pulang ke Indonesia.

Aksi demonstrasi berkembang ke penjarahan hingga kekerasan dan pemerkosaan terjadi. Soeharto didesak mundur.

Gerakan mahasiswa kemudian merencanakan aksi besar-besaran di Istana Negara yang menyebabkan konsentrasi militer di sekitar Monas begitu besar.

Namun rencana tersebut bisa dibilang “prank” untuk saat ini, karena para mahasiswa dan seluruh elemen masyarakat bergeser melakukan aksi di Senayan yang kosong tanpa pengawasan petugas keamanan.

“Sampai tanggal peringatan hari kebangkitan nasional yang kita mau mengundang teman-teman ke Tugu Monas itu yang menyebabkan ada konsentrasi militer di kawasan Monas, dan kata orang itu yang menyebabkan militer di Senayan kosong sehingga teman-teman sejak itu pindah ke Senayan dan mengepung Senayan,” kenang Fahri.

“Kemudian 21 kita lagi ngumpul semua di Menteng, Presiden Soeharto mengundurkan diri setelah bertemu dengan tokoh-tokoh islam saat itu,” pungkas Fahri.