redaksiharian.com – Wacana Pemerintah Indonesia dalam program elektifikasi kendaraan bermotor nampaknya masih penuh tantangan.
Kendati sejak Sabtu, 3 September 2022 harga bahan bakar minyak ( BBM ) jenis Pertalite, Pertamax, dan Solar resmi naik, namun fenomena ini tidak serta merta membuat masyarakat beralih menggunakan kendaraan listrik .
Mengingat harga kendaraan listrik yang lebih tinggi dari kendaraan konvensional, tentunya masih menjadi polemik untuk mencuri perhatian pasar.
Apalagi, supply baterai kendaraan listrik di dalam masih terbatas sehingga harga dari kendaraan listrik masih cenderung mahal bagi kantong banyak orang.
Pengamat otomotif Bebin Djuana mengatakan jika persoalan tingginya harga kendaraan listrik bisa diminimalisir jika bisa baterai bisa diproduksi dalam negeri.
“Kalau baterai sudah diproduksi di dalam negeri tentu berpengaruh pada harga kendaraan yang dilengkapi baterai lokal,” kata Bebin kepada Kompas.com, Kamis (8/9/2022).
Di Indonesia sendiri saat ini baru ada satu perusahaan yang sudah memproduksi cells baterai LFP untuk kendaraan roda dua dari PT Intercallin yang terkenal dengan Baterai ABC. Akan tetapi bahan baku produksi masih mengandalkan impor dari luar negeri.
Sementara itu untuk kendaraan listrik roda empat ada LG Chemical yang investasi untuk memproduksi tipe baterai NMCA. Namun harga baterai ini diprediksi akan dijual dengan harga yang mahal.
Maka dari itu, mengingat ekosistem baterai listrik dalam negeri saat ini belum kuat sehingga belum bisa dipastikan kapan permasalahan harga kendaraan listrik akan teratasi.
“Soal seberapa harga kendaraan bisa ditekan belum bisa diperkirakan sekarang,” kata Bebin.