Ukraina, Rusia, Turki dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres akan menandatangani sebuah kesepakatan pada Jumat (22/7) untuk membuka kembali keran ekspor gandum Ukraina melalui Laut Hitam, kata kantor Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Kamis (21/7).

Rusia dan Ukraina sama-sama pemasok gandum utama dunia, namun invasi Rusia yang berlangsung sejak 24 Februari lalu ke Ukraina telah menyebabkan harga pangan melonjak dan memicu krisis pangan dunia. Perang itu telah menghentikan ekspor Kyiv, menyebabkan puluhan kapal terdampar dan membuat sekitar 20 juta ton gandum terjebak dalam silo-silo di pelabuhan Odesa.

Ankara mengatakan, kesepakatan umum berdasarkan rencana yang dipimpin PBB telah tercapai dalam perundingan di Istanbul pekan lalu dan kini hal itu akan diresmikan secara tertulis oleh semua pihak. Rincian perjanjian itu belum diketahui. Perjanjian itu akan ditandatangani pada Jumat (22/7) pukul 13.30 GMT di kantor Istana Dolmabahce, menurut kantor Erdogan.

Sebelum perundingan pekan lalu, para diplomat mengatakan bahwa rincian rencana itu mencakup kapal-kapal Ukraina yang akan memandu kapal-kapal pengangkut gandum keluar-masuk melalui perairan pelabuhan yang ditambang; Rusia menyetujui gencatan senjata saat pengiriman dilakukan; dan Turki – didukung oleh PBB – memeriksa kapal-kapal untuk menghilangkan ketakutan Rusia akan potensi terjadinya penyelundupan senjata.

PBB dan Turki telah selama dua bulan berusaha menengahi apa yang disebut Guterres sebagai “paket” kesepakatan – demi melanjutkan ekspor gandum Ukraina melalui Laut Hitam dan memfasilitasi pengiriman gandum dan pupuk Rusia.

Ukraina kemungkinan dapat dengan cepat memulai kembali kegiatan ekspor, kata Wakil Menteri Pertanian Ukraina Taras Vysotsky pada Kamis (21/7).

“Sebagian besar infrastruktur pelabuhan Odesa yang lebih luas – ada tiga di antaranya – tetap ada, jadi perlu beberapa minggu (untuk melakukannya) selama ada jaminan keamanan yang layak,” katanya kepada televisi Ukraina.

Moskow menolak bertanggung jawab atas memburuknya krisis pangan dan justru menyalahkan hal itu sebagai dampak mengerikan sanksi Barat yang telah memperlambat ekspor makanan dan pupuknya, dan Ukraina yang telah meledakkan pelabuhan-pelabuhannya di Laut Hitam.

Sehari setelah perundingan di Istanbul pekan lalu, AS mencoba berusaha memfasilitasi ekspor pangan dan pupuk Rusia dengan meyakinkan bank, perusahaan pengiriman dan asuransi bahwa transaksi semacam itu tidak akan melanggar sanksi Washington terhadap Moskow atas invasinya ke Ukraina. [rd/em]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.