redaksiharian.com – Namun, perlu diperhatikan pula jika baterai Lithium-ion di EV diisi terlalu cepat, bisa menyebabkan baterai rusak. Masa pakai pun ikut berkurang, dan membutuhkan penggantian yang mahal.
Sekelompok peneliti telah menggunakan teknik machine learning untuk mempelajari usia baterai saat mengisi daya dalam kecepatan tinggi namun tetap aman.
Mereka membuat protokol pengisian daya yang memungkinkan pengisian daya ultra cepat tanpa merusak baterai itu sendiri. Sekitar lima tahun lagi teknologi ini bisa tersedia untuk umum.
“Pengisian cepat adalah kunci untuk meningkatkan kepercayaan konsumen dan adopsi kendaraan listrik secara keseluruhan,” kata Eric Dufek saat mempresentasikan hasil penelitian dalam pertemuan American Chemical Society, dikutip dari Carscoops.
Eric Dufek menambahkan, ini akan memungkinkan pengisian kendaraan menjadi sangat mirip dibandingkan pengisian di pompa bensin atau SPBU untuk mobil bermesin Internal Combustion Engine atau ICE.
Memproduksi baterai yang dapat diisi lebih cepat tidak hanya akan membantu mengurangi waktu perjalanan bagi pengguna kendaraan listrik. Hal ini juga akan mendorong harga kendaraan listrik jadi lebih murah dan lebih efisien.
Lebih murah, karena pembuat mobil berpotensi menawarkan kendaraan dengan baterai yang lebih kecil di mana pengurangan jangkauan akan diimbangi dengan kemampuan untuk mengisi daya lebih cepat.
“Karena sebagian besar masalah berat EV ada pada baterai, mengurangi ukuran kemasan juga mengurangi bobot kendaraan. Berarti motor perlu mengeluarkan lebih sedikit energi untuk menggerakkan mobil,” tutup Eric Dufek.