redaksiharian.com – Di era perekonomian yang semakin pesat perkembangannya ini, perusahaan dituntut untuk selalu update dengan perkembangan permintaan pasar. Karena itu, berbagai perusahaan menerapkan strategi khusus untuk menjawab permintaan konsumen.

Salah satu strategi pemasaran yang terbilang cukup populer adalah diversifikasi perusahaan. Diversifikasi adalah upaya perluasan perusahaan yang dilakukan dengan penciptaan lini produk baru yang serupa atau sama sekali berbeda. Tujuannya adalah untuk menghadapi persaingan pasar yang kian ketat. Dirangkum dari berbagai sumber, artikel ini akan menyajikan pengertian diversifikasi, jenis-jenisnya, serta kelebihan dan kekurangannya.

Diversifikasi merupakan istilah yang mengacu pada perubahan fitur lini produk atau pasar perusahaan. Mengutip dari artikel Diversification Strategies and Business Performance in A Competitive Industry yang ditulis oleh Dr. Macaulay Enyindah Wegwu, umumnya sebuah perusahaan dapat membuat keputusan untuk melakukan diversifikasi sebagai salah satu strategi untuk memperluas pertumbuhan pasar. Hal ini juga dilakukan setelah mempertimbangkan alternatif lainnya seperti pengembangan pasar, pengembangan produk, dan strategi penetrasi pasar.

Untuk melakukan strategi diversifikasi, diperlukan adanya perubahan bersifat simultan dari lini produk dan struktur pasar saat ini. Makanya, menciptakan dan mengasah keterampilan, teknik, dan fasilitas baru adalah modal utama bagi perusahaan untuk dapat melakukan diversifikasi.

Sementara itu, ada pula yang mengartikan diversifikasi sebagai upaya untuk masuk ke segmen pasar baru dengan produk yang baru pula. Beberapa penelitian lainnya menyebutkan bahwa diversifikasi adalah strategi yang identik dengan penambahan produk/jasa yang mirip ke dalam bisnis inti yang sudah ada sebelumnya, yang dilakukan melalui akuisisi kompetitor atau mengembangkan produk/jasa baru di internal. Nantinya, diversifikasi secara tak langsung mengarah pada peningkatan kompetensi manajerial di dalam perusahaan.

Menurut Dr. Macaulay Enyindah Wegwu dalam artikelnya yang berjudul Diversification Strategies and Business Performance in A Competitive Industry, diversifikasi utamanya terbagi menjadi 2 jenis, antara lain:

Diversifikasi konsentris melibatkan strategi perusahaan dalam menambahkan produk baru yang sejenis ke segmen pasar. Tidak hanya itu, strategi diversifikasi juga mengupayakan akuisisi perusahaan kompetitor yang memproduksi barang yang sejenis. Sebelum akuisisi, aspek teknologi dan loyalitas pelanggan juga diperhitungkan terlebih dahulu.

Karena diversifikasi konsentris fokus untuk mengembangkan produk yang masih linear atau berhubungan dengan industri saat ini, bisa disimpulkan bahwa teknologi dan sumber daya yang digunakan memiliki kemiripan satu sama lain. Hal ini menguntungkan, sebab ada penghematan teknologi di dalamnya. Misalnya, sebuah perusahaan produsen perekat industri dapat melakukan diversifikasi untuk menjual produknya melalui para pengecer.

Meski sebuah perusahaan mungkin menggunakan jenis teknologi serupa, namun segmen dan strategi pemasarannya perlu diubah. Dengan begitu, perusahaan dapat meninjau ulang dan menentukan segmen pasar mana yang masih belum dioptimalkan, untuk kemudian mendapatkan keuntungan baru yang lebih besar.

Berbeda dengan diversifikasi konsentris, jenis diversifikasi konglomerat lebih menitikberatkan pada perluasan perusahaan ke industri yang berbeda dengan yang digeluti saat ini. Faktor utamanya adalah setelah meninjau bahwa industri yang saat ini ditekuni sudah mulai lesu. Alhasil, diversifikasi konglomerat dilakukan untuk mencoba peruntungan baru.

Meski menyasar industri yang sama sekali berbeda dengan industri yang sudah dimiliki, namun pertimbangannya ada pada potensi ketertarikan dari kelompok pelanggan baru. Bisa dibilang ada setidaknya dua tujuan utama mengapa sebuah perusahaan memutuskan untuk melakukan diversifikasi konglomerat. Pertama, untuk meningkatkan profit dan fleksibilitas perusahaan. Kedua, agar perusahaan dapat berkembang jadi lebih besar dan diterima lebih baik di tengah pasar modal.

Bicara soal keuntungannya, diversifikasi konglomerat juga berpotensi menimbulkan risiko. Beberapa berasumsi bahwa diversifikasi konglomerat, jika dilakukan dengan strategi pemilihan pasar yang salah, justru akan menghasilkan profit yang cenderung lebih rendah jumlahnya.

Berbicara soal strategi pemasaran, tentu ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pertama, diversifikasi dinilai menguntungkan perusahaan, sebab dengan menerapkan strategi ini, artinya perusahaan dapat memperkuat posisinya di pasar dengan melakukan pemotongan harga dan subsidi silang atau pengalihan kelebihan barang produksi dari satu lini produk untuk menyokong lini produk lainnya.

Selain itu, sejumlah aspek lain yang bisa dikategorikan sebagai keuntungan dari diversifikasi adalah perluasan nama brand, peningkatan kemampuan manajerial, perolehan loyalitas konsumen dan inovasi teknologi.

Di samping keuntungan, diversifikasi ternyata juga berpotensi merugikan perusahaan, utamanya ditinjau dari segi biaya yang dikeluarkan. Apabila sebuah perusahaan nantinya gagal saat mengembangkan lini produk yang baru, hal ini dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar.

Merujuk pada Strategi Diversifikasi Terhadap Kinerja Perusahaan yang ditulis Shinta Heru Satoto, kegagalan ini salah satu faktornya adalah ketidakmampuan internal perusahaan dalam mengalokasikan sumber daya antar divisi untuk mendukung terjadinya diversifikasi.