redaksiharian.comJakarta, CNBC Indonesia – Beberapa saham terpantau ambles dan menyentuh auto reject bawah (ARB) pada perdagangan Kamis (10/2/2023) kemarin dan juga memperberat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin.

Pada perdagangan Kamis kemarin, IHSG ditutup melemah 0,62% di level 6.897,365.

Setidaknya ada lebih dari 30 saham yang menyentuh ARB kemarin, di mana saham PT WIR Asia Tbk (WIRG), saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), dan saham PT Indo Pureco Pratama Tbk (IPPE) masuk dalam 30 saham yang menyentuh ARB tersebut.

Untuk saham GOTO sendiri, pada penutupan perdagangan kemarin, menjadi pemberat IHSG terbesar yakni mencapai 15,27 indeks poin. Saham GOTO ditutup ambles 6,67% di posisi Rp 112/saham kemarin.

Sedangkan saham WIRG ditutup ambruk 6,92% di posisi Rp 175/saham kemarin dan saham IPPE anjlok 6,98% menjadi Rp 54/saham kemarin.

Pergerakan IHSG kemarin juga tak lepas dari sentimen negatif, salah satunya pelemahan rupiah. Pada penutupan perdagangan kemarin, rupiah melemah 0,03% menjadi Rp 15.090.

Nilai tukar rupiah yang melemah dapat mempengaruhi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Jika harga saham turun, maka indeks saham seperti IHSG juga umumnya akan mengalami penurunan.

Laju IHSG kemarin mengekor kinerja bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan Rabu lalu, yang juga memberikan sinyal negatif dan menurunkan IHSG.

Ketiga indeks utama kembali masuk ke zona merah pada perdagangan Rabu waktu setempat. Indeks Dow Jones, turun 0,6%, S&P 500 merosot 1,1% dan Nasdaq jeblok 1,7%.

Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell mengatakan bahwa suku bunga bisa naik lebih tinggi jika inflasi AS meningkat.

Hasil data inflasi AS akan diterbitkan Selasa depan dan ekspektasi pasar suku bunga The Fed naik. Ada kemungkinan suku bunga The Fed naik ke 5-5,25% dan bahkan mungkin mencapai 5,25-5,5% pada Juni 2023 jika inflasi AS naik.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.