Kemarahan internasional atas eksekusi empat tahanan politik Myanmar meningkat, Selasa (26/7), dengan munculnya kecaman-kecaman keras dari berbagai negara dan protes-protes akar rumput.

Pemerintah Myanmar yang dipimpin militer yang merebut kekuasaan dari pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi pada Februari 2021 telah dituduh melakukan ribuan pembunuhan di luar proses hukum sejak itu, tetapi hukuman gantung yang diumumkan Senin adalah eksekusi resmi pertama negara itu dalam beberapa dasawarsa.

“Kami merasa bahwa ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan,” kata Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah, berbicara di samping Utusan Khusus PBB untuk Myanmar Noeleen Heyzer pada konferensi pers di Kuala Lumpur. Ia mengatakan eksekusi akan menjadi fokus pertemuan menteri luar negeri ASEAN yang akan datang, yang dimulai di Kamboja dalam waktu seminggu lagi.

Malaysia adalah anggota kelompok ASEAN yang berpengaruh. ASEAN, berusaha menerapkan konsensus lima poin yang dicapainya di Myanmar tahun lalu yang menyerukan dialog di antara semua pihak terkait, penyediaan bantuan kemanusiaan, penghentian segera kekerasan dan kunjungan utusan khususnya untuk menemui semua pihak. Dengan eksekusi, katanya, “kami melihatnya seolah-olah junta mengolok-olok proses lima poin.”

Di Bangkok, ratusan demonstran prodemokrasi menggelar aksi protes di luar kedutaan Myanmar, mengibarkan bendera dan meneriakkan slogan-slogan di tengah hujan lebat.

“Para diktator menggunakan kekuasaan mereka secara sewenang-wenang,” teriak seorang pemuda melalui pengeras suara dalam kerumunan. Beberapa di antara mereka melambaikan foto Suu Kyi atau empat orang yang dieksekusi. ”Kami tidak bisa mentolerir ini lagi.”

“Ini adalah tindakan biadab oleh rezim militer Myanmar,” kata Menteri Luar Negeri Selandia Baru Nanaia Mahuta mengenai empat eksekusi yang dilakukan. “Selandia Baru mengutuk tindakan ini sekeras-kerasnya.”

Warga Myanmar yang tinggal di Thailand memprotes eksekusi aktivis pro-demokrasi di depan Kedutaan Besar Myanmar di Bangkok, Thailand. (Foto: AAC)

Warga Myanmar yang tinggal di Thailand memprotes eksekusi aktivis pro-demokrasi di depan Kedutaan Besar Myanmar di Bangkok, Thailand. (Foto: AAC)

Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan dia ‘terkejut’ atas eksekusi tersebut. “Australia menentang hukuman mati dalam segala situasi untuk semua orang,” katanya.

Sebelumnya, Australia dan Selandia Baru bergabung dengan Uni Eropa, Jepang, Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Norwegia, dan Korea Selatan mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam eksekusi tersebut.

ASEAN mengecam eksekusi tersebut sebagai “sangat tercela”. Kelompok itu menyatakan, tindakan tersebut merupakan kemunduran bagi upaya kelompok itu dalam memfasilitasi dialog antara pimpinan militer dan para penentangnya. [ab/ka]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.