redaksiharian.com

KOMPAS.com – Tidak banyak yang tau bahwa Kelenteng Hok Tek Tjengsin atau Vihara Amurva Bhumi merupakan salah satu rumah ibadah di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17.

Saat Tim Kompas.com mengikuti kegiatan jelajah rute kawasan Kuningan bersama Jakarta Good Guide (JGG) pada Minggu (29/1/2023), Kelenteng Hok Tek Tjengsin menjadi salah satu tempat yang menarik perhatian.

Bukan karena bentuk dan warnanya yang mencolok, tetapi karena kelenteng ini tidak hanya menjadi rumah ibadah satu agama, melainkan tiga agama sekaligus.

Berasal dari nama gubernur

Pemandu JGG Bayu menceritakan, nama “Hok Tek Tjengsin” pada kelenteng diambil dari nama salah seorang gubernur bernama “Hok Tek Tjengsin” yang pernah menjabat di dataran China sekitar tahun 100-an Masehi.

“Hok Tek Tjengsin ini membawa masyarakat kepada kemakmuran selama menjabat sebagai gubernur,” kata Bayu kepada Kompas.com pada Minggu (29/1/2022).

Makmurnya masyarakat China pada masa pemerintahan Hok Tek Tjengsin membuat sebagian besar masyarakat percaya bahwa ia adalah seorang dewa.

Alhasil, keturunan China di Kuningan menyematkan nama Hok Tek Tjengsin sebagai nama kelenteng.

“Referensi seputar Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin termasuk sulit ditemukan, tetapi ada satu sumber yang mengarahkan bahwa kelenteng ini hadir berbarengan dengan Masjid Hidayatullah sejak abad ke-17,” jelas Bayu.

Kata Bayu, pada zaman dahulu masyarakat dinilai cukup mudah dalam memberi nama pada suatu tempat ataupun jalan.

“Karena daerah di sekitar kawasan kelenteng ini dulu dikenal dengan keberadaan kelenteng Hok Tek Tjengsin , maka nama tersebut juga dipakai untuk nama jalan dan daerah,” katanya.

Namun seiring berjalanya waktu dan perkembangan zaman, nama yang semula menggunakan ejaan “Tjengsin” kemudian berubah pelafalan menjadi “Tengsin”.

Rumah ibadah 3 agama

Menurut penjelasan Bayu, umat yang datang beribadah ke kelenteng Hok Tek Tjengsin atau Vihara Amurva Bhumi tidak hanya berasal dari satu agama, melainkan dari tiga agama.

Ini dapat dilihat dari keberadaan Vihara Amurva Bumi yang berada di sebelah kelenteng.

“Vihara Amurva Bumi ini bisa diibadahi oleh tiga agama, yaitu Konghucu, Buddha, dan Tao, kata Bayu.

Orang yang beribadah di kelenteng ini menggunakan hio, yaitu lidi yang mengeluarkan aroma khas.

Kata Bayu, pengambilan jumlah hio saat beribadah bagi setiap orang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada tujuan seseorang beribadah.

” (Jumlah) hio yang dipakai itu ada dari satu sampai sembilan. Kalau satu (hio), untuk Tuhan Yang Maha Esa, kalau dua (hio) untuk Yin dan Yang, dan kalau tiga (hio) untuk langit, bumi, dan manusia,” pungkas Bayu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.