Pasar Asia dan harga minyak sebagian besar turun pada Senin (11/7) menyusul adanya wabah baru COVID-19 di Shanghai yang dikhatirkan akan membuat kota tersebut di-lockdown.
Berita itu muncul setelah laporan pekerjaan AS yang melampaui perkiraan pekan lalu mengindikasikan negara perekonomian utama dunia itu sejauh ini dapat mengatasi kenaikan suku bunga bank sentral AS Federal Reserve, memberikan ruang untuk lebih banyak dalam memerangi inflasi yang melonjak.
Pedagang juga mengawasi perkembangan di Washington karena Presiden Joe Biden mempertimbangkan untuk menghapus beberapa tarif untuk barang-barang China senilai ratusan miliar dolar yang diterapkan pada masa pemerintahan Donald Trump.
Shanghai mencatat lebih dari 120 kasus COVID-19 pada akhir pekan, setelah melihat kasus pertama dari jenis BA.5 omicron yang sangat menular. Akibatnya para pejabat kembali menerapkan upaya tes COVID-19 massal terbaru.
Beijing sendiri terpaku pada strategi nol-COVID untuk memusnahkan penyakit itu. Sementara terdapat kekhawatiran yang meningkat bahwa pihak berwenang akan kembali menerapkan lockdown padahal penduduk Shanghai baru selesai mengalami karantina pada Juni lalu.
Ada juga infeksi baru yang ditemukan di bagian lain negara itu, termasuk Beijing.
Data minggu ini akan memberikan pembaruan baru tentang dampak ekonomi dari tindakan tersebut, serta kontrol ketat serupa di Beijing.
Potensi diterapkannya lockdown baru memicu aksi jual di Hong Kong dan Shanghai, sementara kerugian juga tercatat di Sydney, Seoul, Taipei, Manila, Jakarta, dan Wellington.
Namun, keuntungan dibukukan di Tokyo karena para pedagang menyambut blok penguasa Jepang yang mengamankan kemenangan telak dalam pemilihan majelis tinggi pada Minggu (10/7), yang diadakan beberapa hari setelah pembunuhan mantan perdana menteri Shinzo Abe.
Hasilnya akan memberikan stabilitas kepada pemerintah, sementara ada juga harapan untuk perombakan kabinet dan stimulus ekonomi.
Kekhawatiran tentang kejutan lain terhadap ekonomi China dari kemungkinan lockdown juga melemahkan pasar minyak karena adanya kekhawatiran permintaan minyak akan terpukul.
Namun, ada pandangan bahwa harga akan tetap tinggi untuk saat ini.
Investor akan mengamati kunjungan Biden minggu ini ke Arab Saudi, di mana ia diperkirakan akan mendorong negara raksasa minyak mentah itu untuk meningkatkan produksi untuk menebus produksi yang hilang akibat sanksi terhadap Rusia. [ah/rs]