RedaksiHarian – Bagaimanapun, sudah menjadi norma, dan tak terbatas di dunia olahraga saja, bahwa pada akhirnya mempertahankan sesuatu itu lebih sulit daripada mendapatkannya.
Bagian pertama Kaleidoskop 2023 akan meliputi peristiwa-peristiwa pilihan yang terjadi pada bulan Januari hingga Maret.
Sapu bersih terjadi sejak bulan pertama, tepatnya dalam Malaysia Open pada 10-15 Januari 2023, turnamen yang membuka kalender bulu tangkis pada tahun ini.
Memang, ini bukan murni soal mempertahankan gelar saja melainkan keberhasilan menegaskan marwah sebagai pemain terbaik di dunia.
Seluruh gelar dari turnamen baru untuk level BWF World Tour Super 1000 tersebut dimenangi oleh pemain/pasangan nomor satu pada pergantian tahun baru 2023.
Mereka adalah Viktor Axelsen di tunggal putra dan Akane Yamaguchi di tunggal putri.
Lalu Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di ganda putra, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan di ganda putri, dan Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong di ganda campuran.
Perhatian publik Indonesia tentu tertuju kepada Fajar/Rian yang berhasil mengembalikan martabat Merah Putih sebagai penguasa sektor ganda putra.
Tren positif yang dibangun dari momen kebangkitan pada tahun lalu membawa Fajar/Alfian ke puncak dunia.
Kesuksesan Fajar/Rian membuat takhta teratas ganda putra hanya tiga bulan terlepas dari Indonesia.
Mereka mengisi kursi yang tadinya dihuni rekan senegara, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, selama 214 pekan beruntun lamanya.
Keraguan bahwa status sebagai pasangan nomor satu justru akan menjadi beban bahkan berhasil ditepis FajRi dengan gelar lain dari ajang yang lebih bergengsi.
Pada 19 Maret 2023 di Birmingham, Inggris, Fajar/Rian berhasil mencetak titel pertama mereka dari All England Open, turnamen paling bersejarah di jagat tepok bulu.
Merah Putih makin berkibar tinggi karena final ganda putra melibatkan pasangan Indonesia lainnya yaitu Mohamed Ahsan/Hendra Setiawan.
Untuk kedua kalinya secara beruntun, All Indonesian Final tercipta di final ganda putra All England.
Pasangan muda, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, tak mau ketinggalan dengan mencetak trofi secara beruntun di Indonesia Masters (29/1/2023) dan Thailand Masters (5/2/2023).
Itu 4 gelar dalam 6 turnamen BWF World Tour bagi ganda putra Indonesia. Potensi Indonesia untuk menegaskan legasi di ganda putra terlihat begitu cerah. Seharusnya.
Indonesia juga bersinar di tunggal putra dengan terciptanya final senegara antara Jonatan Christie dan Chico Aura Dwi Wardoyo di Indonesia Masters.
Jojo dan Chico menciptakan final sesama tunggal putra Indonesia pertama dalam turnamen level Super Series atau setara (Super 500+) di Istora sejak 2008.
Sayangnya, awan mendung kemudian menyelimuti karena kabar duka.
Tepat sehari setelah All England selesai, tepatnya pada 20 Maret, tunggal putra muda, Syabda Perkasa Belawa, berpulang di usia 21 tahun karena kecelakaan.
12 Februari: UFC – Juara kelas ringan, Islam Makhachev, mempertahankan gelar untuk pertama kalinya setelah memenangi laga sengit kontra juara kelas bulu sekaligus petarung nomor satu lintas divisi, Alexander Volkanovski, lewat keputusan angka.
9 Februari: UFC – Jeka Saragih menjadi petarung Indonesia pertama yang mendapatkan kontrak pertarungan dari UFC.
5 Maret: UFC – Mantan petarung nomor satu lintas divisi, Jon Jones, menegaskan dirinya pantas disebut G.O.A.T setelah merebut gelar di kelas berat. Jones mengalahkan Ciryl Gane dalam dua menit. Jones sebelumnya menguasai kelas berat ringan selama hampir satu dekade.
18-19 Maret: Proliga – Jakarta LavAni Allobank (putra) dan Bandung bjb Tandamata (putri) sama-sama sukses mempertahankan gelar dari kompetisi bola voli profesional Indonesia untuk musim 2023.
19 Maret: UFC – Juara kelas welter, Leon Edwards, menegaskan keunggulan dalam rivalitas dengan Kamaru Usman. Setelah menghentikan rekor 15 laga sempurna Usman, Edwards menang dengan keputusan angka majority dalam trilogi mereka.
25-26 Maret: MotoGP – Juara bertahan Francesco Bagnaia mengawali musim dengan menyapu bersih sprint dan balapan utama seri pembuka GP Portugal. Nomor keramat #1 yang dianggap membawa kutukan tak menghalangi Nuvola Rossa.
Pertanda Awal Berakhirnya Sebuah Era
Awan mendung juga terlihat dari garasi tim Repsol Honda yang berusaha meyakinkan pembalap andalan mereka Marc Marquez. Ingat, mempertahankan itu tidak mudah.
Setelah fisiknya kembali pulih pasca-cedera lengan kanan yang memerlukan empat kali operasi, Marquez terbawa kembali oleh nalurinya untuk menjadi juara.
Sayangnya, ekspektasi juara dunia delapan kali itu harus menghadapi tantangan besar karena motor yang tak lagi bisa diajak berperang.
Akhir ceritanya sudah diketahui. Pada 12 Oktober kepindahan Marquez ke Gresini Racing pada MotoGP 2024 diumumkan.
Si Semut dari Cervera menutup kiprahnya bersama tim yang telah diperkuatnya selama 11 musim beruntun sejak debutnya di kelas para raja pada 2013.
Adapun tanda-tanda ketidakpuasan Marquez sudah terlihat pada awal tahun.
Eksprerimen yang dihadirkan Honda hingga hari-hari terakhir tes pramusim di Portimao, Portugal, pada 11-12 Maret gagal meyakinkan Marquez.
Marquez justru lebih memilih untuk fokus memaksimalkan material yang diterimanya saat Tes MotoGP Sepang pada 10-12 Februari.
Harapan sempat muncul saat Marquez dapat mencuri pole position dan finis ketiga dalam sprint dari seri pembuka di Portimao pada 24-26 Maret.
Akan tetapi, trik Marquez untuk meningkatkan kecepatan (seperti towing) tak berlaku saat balapan utama berlangsung.
Pendekatan berisiko menjadikan Marquez biang kerok dari kecelakaan karambol yang terjadi di Tikungan 3 pada lap ketiga.
Marquez menyenggol Jorge Martin dan menubruk Miguel Oliveira. Kecelakaan Marquez dengan Oliveira tak termaafkan karena korbannya adalah pembalap tuan rumah.
Marquez mengakui kesalahannya. Meski demikian, dia tidak ingin menjadi satu-satunya pihak yang disalahkan atas kecelakaan tersebut.
Marquez juga menyalahkan kelemahan pada motor Honda RC213V untuk keluar dari tikungan dengan cepat.
“Seperti yang Anda lihat kemarin, satu-satunya cara untuk mendapatkan waktu lap yang bagus adalah dengan pengereman,” kata Marquez.
“Dan kami mengerem dengan sangat terlambat. Jika tidak, kami hanya akan finis di posisi ke-10, ke-11, dan ke-12.”
Ketidakpuasan Marquez terhadap performa motornya pada akhirnya menjadi pemandangan yang jamak terlihat saat musim berjalan.
Honda telah diperingatkan. Namun, perubahan nyata baru terlihat pada pengujung tahun, saat calon legenda balap telah meninggalkan mereka.