RedaksiHarian – Saat dibajak Ducati dari KTM pada 2021, Jorge Martin menjadi kandidat terdepan sebagai calon pembalap tim pabrikan Ducati dibanding pembalap debutan seangkatannya.
Perlakuan istimewa diberikan Ducati dengan memberi pembalap binaan mereka motor pabrikan sejak musim debut hingga berbuah hasil manis berupa 4 podium dengan 1 kemenangan.
Apes, cedera yang dialami pada tahun berikutnya membuat Martin dilangkahi Enea Bastianini dalam perburuan tempat di tim utama Pabrikan Merah.
Keberuntungan belum berpihak kepada Martin ketika pencapaian sebagai runner-up kejuaraan pada MotoGP 2023 tak menggaransi posisinya di tim pabrikan.
Nestapa Martin makin menyedihkan karena Ducati lebih memilih untuk memberi kesempatan kedua kepada Bastianini setelah debutnya di tim pabrikan terhalang badai cedera.
Hasrat dan keinginan kuat Martin untuk menjadi pembalap tim pabrikan tidak pernah padam.
Misi utamanya masih sama, yaitu mendapatkan kursi di Ducati Lenovo. Namun, kesabaran yang makin menipis mendorong Martinator memberi sebuah ultimatum.
Satu-satunya kesempatan bagi pabrikan Borgo Panigale untuk mempertahankan Martin adalah dengan memastikan kursinya di tim utama pada musim 2025.
Kalau tak kunjung mendapati nasibnya berada di tim pabrikan, Martin akan menjadi rival Ducati dengan mengejar mimpinya di pabrikan lain.
“Jika bukan di Ducati, saya akan mencari opsi lain,” tegasnya.
Sejatinya, dukungan yang didapatkan Martin di Pramac sudah seperti pembalap tim pabrikan Ducati karena motornya sama dan demikian juga pemutakhirannya saat musim berjalan.
Namun, tentunya pembalap tim pabrikan lah yang pada akhirnya mendapatkan prioritas utama untuk menjadi juara dunia di MotoGP.
Martin mengetahuinya sendiri saat bersaing dengan Francesco Bagnaia pada musim lalu.
Di satu sisi, melihat kepercayaan diri dia yang begitu besar, kemungkinan pembalap asal Madrid, Spanyol itu, sudah mulai ancang-ancang melihat kesempatan di tim pabrikan.
Keyakinannya dalam mampu beradaptasi dengan motor selain Ducati Desmosedici GP di MotoGP pun cukup tinggi.
Martin mulai melirik sejumlah pabrikan yang dianggapnya memiliki proyek menjanjikan dan perlahan membuat perubahan serta perbaikan.
“Ada banyak pabrikan yang sedang membuat langkah besar. Kita akan lihat nanti mana yang terbaik,” ucap Martin.
Terlepas dari itu, Martin tidak menyangkal jika kegagalannya menjadi juara dunia pada musim 2023 masih meninggalkan kekecewaan.
“Saya puas, sangat senang, itu adalah tahun yang tak akan terlupakan,” kata pembalap dengan 1 gelar juara dunia di Moto3 ini.
“Jelas itu bukan hasil yang saya inginkan, apalagi nyaris mendapatkannya, tetapi saya tetap bangga dengan tahun yang kami miliki.”
“Saya menilai diri saya sendiri dengan nilai tinggi sebab finis di peringkat kedua pada MotoGP era sekarang itu tidak mudah,” ucapnya dengan percaya diri.