RedaksiHarian – Namun, Marco Simoncelli wafat setelah mengalami kecelakaan pada MotoGP Malaysia 2011.
“Terkadang, saya membayangkan Marco sebagai pria yang lebih tua, seperti pembalap yang lebih dewasa. Tetapi, saya tidak bisa,” kata Paolo dilansir dari MotoSan.
“Dia seperti itu dan, mungkin, dia akan tetap menjadi anak-anak selamanya, aku Paolo kepada media Italia, mengingat karakter putranya.
Marco Simoncelli dikenal karena karakternya yang periang dan kecintaannya pada sepeda motor.
Justru kecintaan terhadap roda dua inilah yang membuat sang ayah ragu apakah putranya sudah gantung helm atau sudah mengungguli sahabatnya, Valentino Rossi di usia pensiun’.
“Hari ini usianya akan menjadi 37 dan jika saya memikirkannya, saya tidak tahu apakah Marco akan menanyakan pertanyaan yang sama kepada dirinya sendiri,” ujar Paolo.
“Dengan semangat yang dimilikinya, dengan ketertarikannya hanya pada balap motor, mungkin dia akan melangkah lebih jauh dari Valentino Rossi.”
“Mungkin kita harus menendang untuk mengeluarkannya dari motor dengan semua rambutnya yang sudah memutih di usia 50 tahun.”
Marco Simoncelli selalu merasakan kecintaannya terhadap sepeda motor yang membawanya menjadi seorang pembalap.
“Marco tidak pernah menginginkan hal lain. Ini adalah kisah yang sangat terkenal dan kami telah menceritakannya ribuan kali. Dia hanya ingin balapan motor,” tutur Paolo.
“Dia masih sangat kecil dan dia sudah mengatakan bahwa, suatu hari nanti, dia akan menjadi juara dunia.”
Tekad tersebut bisa mengantarkan pembalap berjulukan ‘SuperSIC’ menjadi juara dunia asal Italia setelah Valentino Rossi dan sebelum Francesco Bagnaia.
Hal lain yang belum diketahui, belum terselesaikan dan mungkin tidak akan pernah kita selesaikan, adalah siapa pewarisnya pada MotoGP.
“Jika saya melihat mata seorang pembalap, pebalap mana pun yang membalap di kategori apa pun, saya melihat Marco dalam semangat, dan dorongan yang menyatukan mereka semua,” tutur Paolo.
Paolo enggan menyebut siapa pembalap MotoGP saat ini yang mewarisi gaya balap Marco Simoncelli.
“Setiap pembalap unik dan oleh karena itu tidak ada ahli warisnya. Pada MotoGP semua orang punya sesuatu tentang Marco.”
“Baik dalam cara berkendara maupun ciri fisiknya, bahkan dalam menghadapi pers dan fans.”
“Jadi saya tidak akan menyebutkan nama apa pun. Saya bahkan tidak tahu apakah ‘warisan’ adalah kata yang tepat.”
“Saya hanya bisa mengatakan bahwa saya melihat Marco pada diri semua orang dan saya melihatnya, terutama, di mata para pembalap. Dalam hal ini terlihat di bahkan dalam hal yang tidak bisa dijelaskan,” ucap Paolo.