redaksiharian.com – Bukan rahasia umum jika kebakaran sulit dipadamkan merupakan satu kendala utama yang ditemui pada kendaraan listrik berbasis baterai ( KLBB ). Selain itu, suhu api juga sangat panas.
Randall Hart, Direktur PT Hartindo Chemitama Industri sekaligus pakar baterai EV, memaparkan beberapa alasan yang menyebabkan kebakaran KLBB seperti mobil listrik sangat sulit dipadamkan.
Penyebab utama adalah reaksi dasar yang memicu kebakaran. Baterai mobil listrik yang memiliki kandungan logam, seperti nikel, kobalt, dan zinc, serta cairan asam cair, akan memberikan energi yang berbeda pada api.
Jika dibandingkan dengan kebakaran mobil biasa, sumber utamanya adalah BBM yang merupakan senyawa karbon. Sedangkan kebakaran mobil listrik , sumber utamanya adalah senyawa elektrolit.
“Bisa dilihat dari karakteristik api yang muncul selama kebakaran, di mana api akibat EV battery tidak berkobar, tapi mendesis dan menghasilkan warna putih terang,” ucapnya di Jakarta, Sabtu (20/5/2023).
Dia menambahkan, ada skala tingkat suhu api yang menjadi patokan untuk penanganan kebakaran. Skala itu diurutkan berdasarkan alfabet ‘A’ hingga ‘F’, dari suhu terendah hingga tertinggi.
Pada skala tersebut, panas api yang dihasilkan baterai EV diklasifikasikan pada kategori ‘F’ dengan rerata suhu 1.600 derajat celsius. Berbanding jauh dengan api hasil kebakaran biasa yang ada di kategori ‘D’ dengan rerata suhu 800 derajat celsius.
“Sebagai konteks, logam mulai meleleh pada suhu 1.000 derajat celsius. Jadi bisa dibayangkan seberapa panas api akibat kebakaran EV,” ujar Randall.
Penyebab kedua yang membuat kebakaran mobil listrik sangat susah dipadamkan adalah karena adanya thermal runaway. Randall menjelaskan, ini adalah situasi ketika api bisa menyala kembali secara mendadak.
“Sering ditemukan kasus mobil listrik kebakaran dan disemprot damkar. Api sempat mati, tapi beberapa menit berselang langsung menyala lagi. Inilah yang dinamakan thermal runaway,” ujarnya.
Satu-satunya cara untuk memadamkan kebakaran mobil listrik secara efektif adalah dengan menggunakan senyawa kimia khusus yang berfungsi sebagai penetralisasi reaksi pemicu api.
“Ini sepenuhnya topik kimia, intinya adalah harus ada senyawa khusus yang bisa memecah chemical reaction dari kebakaran supaya api padam. Dari yang awalnya reaktif menjadi netral,” ujarnya.
Untuk diketahui, Randall telah melakukan penelitian terhadap api baterai sejak tahun 1984. Hasilnya, dia berhasil menemukan bahwa senyawa penetral terbaik untuk kebakaran EV adalah potasium. Senyawa ini biasanya dijumpai pada umbi-umbian seperti ubi dan kentang.
Dia mengimplementasikan temuannya itu menjadi alat pemadam api ringan ( APAR ) khusus kendaraan listrik dan diklaim sebagai yang pertama di dunia.