RedaksiHarian – Stoner pensiun sebagai pembalap MotoGP pada 2012, sebagai juara dunia dua kali, pada usia 27 tahun dan mengaku tidak lagi menikmati olahraga tersebut.
Marquez karena alasan yang berbeda berada pada titik terendahnya awal tahun ini, tetapi debutnya dengan motor Ducati pada tes pascamusim di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia bersama Gresini mengembalikan senyumannya.
“Jika Anda tidak menikmatinya, mengapa Anda mempertaruhkan segalanya?”, kata Stoner mengatakan kepada TNT Sports di Phillip Island, Australia dilansir dari Crash.
“Jika Marc menikmati balapannya, dia tidak akan mau mengambil risiko dengan sia-sia.”
“Penting baginya untuk mendapatkan kembali kenikmatan itu. Temukan alasan untuk bangun di pagi hari, latih diri Anda, alami cedera ini, tarik diri Anda kembali,” ujar pria asal Australia itu.
“Orang-orang melihatnya dari luar. Namun, sangat sulit ketika segala sesuatunya bertentangan dengan Anda.”
“Tubuh Anda tidak ingin melakukan sesuatu, tetapi Anda memaksakannya. Ini memakan banyak korban.”
Juara dunia delapan kali Marquez telah menderita cedera yang mengancam kariernya selama tiga tahun dan kinerja Honda yang buruk.
Tahun ini di Sachsenring, yang secara tradisional merupakan salah satu trek favoritnya, Marquez tampak lebih serius dari sebelumnya setelah lima kali mengalami kecelakaan sebelum grand prix itu sendiri yang memaksanya untuk mundur.
Namun, kini pembalap 30 tahun itu mengungkapkan tanda-tanda awal keputusannya untuk keluar dari Honda dan pindah ke Gresini Ducati adalah bahwa motor baru dapat memberikan semangat dalam kariernya.
Stoner, 11 tahun lalu, tidak dapat menemukan alasan untuk melanjutkan kariernya sebagai pembalap kelas premier.
Ia mengomentari keputusannya untuk berhenti lebih awal.
“Jika Anda ingin mempertaruhkan segalanya, mempertaruhkan segalanya, Anda harus melakukannya karena suatu alasan,” ucap Stoner.
“Beberapa orang menganggap itu uang atau karena alasan apa pun mereka melakukannya demi suatu hasil.”
“Bagi saya, saya suka mengendarai sepeda. Balapan adalah bagian darinya. Saya harus balapan, itu luar biasa,” ujar Stoner.
“Saya paling suka mengendarai sepeda, saya suka melakukan apa pun yang saya bisa dari sepeda. Saya sangat kritis terhadap diri sendiri.”
“Ketika sepeda motor ini menjadi terlalu elektronik, terlalu banyak kontrol roda, kenikmatannya hilang. Serial ini menjadi politis.”
Keputusan Marquez meninggalkan Repsol Honda yang sudah dibelanya sejak 2013 ternyata turut membuat sejumlah legenda ikonik MotoGP heran.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Casey Stoner.
Para mantan juara dunia MotoGP itu memiliki pendapat yang sama, mereka sempat mengira bahwa Marquez tetap akan bertahan di Honda.
Keputusan berani Marquez pindah ke Gresini adalah bentuk rasa frustrasinya yang memuncak setelah buntu bersama Honda.
Sejak insiden cedera fatal di Jerez pada 2020, Marquez naik meja operasi empat kali dalam kurun waktu dua tahun.
Bongkar pasang pada lengan kanannya sudah mulai mempengaruhi ketahanan fisiknya dalam balapan, terutama saat melintasi tikungan kanan.
Dalam kondisi fisik yang sedang tidak begitu baik, situasi Marquez semakin memburuk karena senjata andalannya RC213V malah melempem.
Pengembangannya tampak menjauh dari apa yang diinginkan Marquez hingga motor yang biasa dijuluki hanya dibuat untuk sang juara dunia delapan kali itu, malah menjadi bencana baginya. Makin sulit dikendalikan dan berisiko mengalami kecelakaan highside.
Casey Stoner pun yakin, bahwa faktor-faktor itulah yang membuat Marquez akhirnya memutuskan pergi dari Honda.
“Kembali dari cedera dan tidak pernah kembali ke performa semula adalah hal yang membuat frustrasi ketika Anda tidak yakin apakah itu karena Anda dan gaya berkendara Anda, atau karena tim dan motornya,” kata Stoner.
“Dengan perubahan yang sedang dialaminya, dia sekarang ingin mencari tahu alasan dari itu semua dan berusaha kembali ke puncak,” tutur juara dunia dua kali tersebut.