Angka inflasi di Amerika Serikat (AS) yang terus merangkak naik dan kini mulai merambah ke konsumen muda yang berpenghasilan rendah.
Konsumen yang berasal dari Generasi Z dan mereka yang memiliki skor kredit rendah, terseok-seok dalam melunasi tagihan kartu kredit dan cicilan pinjaman mobil. Akumulasi utang kartu kredit mereka terus meroket pada laju yang belum pernah terlihat sebelumnya pada masa saat pandemi belum melanda dunia.
Selama berbulan-bulan sebelumnya, segala sesuatunya tampak berjalan baik bagi konsumen AS. Hal itu terlihat dari nominal rekening bank mereka yang dipenuhi oleh stimulus pemerintah dan masa pinjaman mahasiswa yang diperpanjang. Eksekutif bank secara konsisten mengatakan konsumen memiliki sandaran keuangan yang sehat dan tetap membelanjakan uang meskipun angka inflasi tinggi dan ekonomi mulai melambat.
Namun, kini tanda-tanda perlambatan ekonomi di negara adidaya tersebut mulai tampak. Hal itu terlihat dari adanya sejumlah warga AS yang mulai berhemat dengan mengurangi kegiatan bepergian dan makan di luar. Mereka juga memilih untuk membayar lebih sedikit nilai utang pada kartu kredit, kata Silvio Tavares, Kepala VantageScore.
Kondisi tersebut kontras dengan kecenderungan konsumen pada umumnya yang ingin melunasi pinjaman dan lebih hemat pada tahun pertama pandemi, menurut data Fed. “Konsumen yang mapan, neraca keuangan mereka kuat, dan riwayat pembayaran utang mereka relatif tepat waktu dibandingkan rata-rata historis,” kata Tavares. “Namun, ada area yang menjadi perhatian. Nomor satu di antaranya adalah konsumen menambahkan pinjaman,” Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan AS hampir kehabisan waktu menurunkan tingkat inflasi, yang terdongkrak pada tingkat yang tidak terlihat sejak 1980-an.
Data yang keluar pada Kamis menunjukkan belanja konsumen AS tumbuh pada laju paling lambat dalam dua tahun, karena ekonomi secara tak terduga berkontraksi pada kuartal kedua.
Harga yang melonjak itu menyebabkan konsumen mengurangi pengeluaran ekstra, menurut perusahaan ritel dan konsumen seperti Walmart Inc dan produsen barang-barang konsumen Procter & Gamble Co.
Harga yang melambung dengan cepat, kata Tavares, memperburuk kondisi keuangan di antara kaum muda dan peminjam yang memiliki nilai kredit rendah. Di antara kelompok peminjam yang bukan prioritas, persentase utang kartu kredit dan utang cicilan mobil yang jatuh tempo lebih dari 30 hari juga meningkat, menurut VantageScore. Tingkat tunggakan kartu kredit sekarang, berdasarkan data, kembali ke tingkat sebelum pandemi untuk kaum muda dan kelompok peminjam yang bukan prioritas.
TransUnion, salah satu dari tiga besar lembaga pemeringkat kredit konsumen, memperkirakan tingkat tunggakan kartu kredit bisa naik menjadi 8,4 persen pada kuartal pertama 2023. Angka tersebut menunjukkan kenaikan dari 8 persen pada kuartal pertama tahun ini, jika inflasi tetap tinggi.
Utang rata-rata yang dipegang oleh kelompok peminjam yang bukan prioritas adalah $22,988 pada kuartal pertama 2022, tidak termasuk hipotek, menurut TransUnion. Angka itu naik dari $22,461 setahun sebelumnya, dan $22,970 pada kuartal pertama 2020, sebelum pandemi terjadi di AS.
Peminjaman uang alias utang banyak didominasi untuk membeli kendaraan. Permintaan kendaraan di AS melonjak pada tahun 2021 sehingga mendorong kenaikan harga dan penambahan tenor pinjaman untuk mobil.
Seorang eksekutif di salah satu pemberi pinjaman mobil besar yang berbasis di AS yang bekerja dengan banyak kelompok peminjam yang bukan prioritas mengatakan bahwa permintaan yang ada saat ini telah mematahkan kata pepatah yang mengungkapkan bahwa harga mobil akan kehilangan nilainya segera setelah meninggalkan dealer.
Pelanggan yang lalai membayar tunggakannya dalam 90 hari lebih sering melunasi pinjaman mereka, kata eksekutif, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya membahas informasi non-publik. Itu menunjukkan peminjam mengambil keuntungan dari nilai mobil yang tinggi untuk menjual mobil mereka, daripada melihatnya diambil alih.
Untuk saat ini, tunggakan kredit mobil masih lebih rendah daripada sebelum pandemi, kata eksekutif itu.
“Kami pikir semuanya akan kembali normal – kami semua mengharapkan itu – tetapi apakah mereka akan menjadi lebih buruk dari biasanya? Itulah pertanyaannya.” tukas dia. [ah/rs]