redaksiharian.com – Jakarta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menilai, pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) untuk mencapai target penurunan net zero emission masih tergolong lemah. Penggunaan tenaga nuklir lantas didorong untuk mengejar program transisi energi.

Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito menyatakan, pemanfaatan EBT hingga 2019 masih belum maksimal.

Enam+

Khususnya karena masih besarnya kontribusi penggunaan energi fosil, yang ditujukan untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) baru bara hingga pemakaian BBM dengan nilai oktan (RON) di bawah standar.

“Jadi yang terkait dengan pembangkitan listrik, panas, transportasi yang itu luar biasa juga, termasuk industri manufaktur dan yang lain. Sehingga perlu ditekankan kembali pengurangannya,” kata Mego, Senin (24/10/2022).

“Kemudian berdasarkan amanat kebijakan energi Nasional, Indonesia menargetkan bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025, 31 persen pada 2050, dan kita juga tidak lupa kita pada 2021 masih kecil, masih 12,61 persen,” bebernya.

Akan tetapi, ia menambahkan, Indonesia sebenarnya memiliki potensi energi baru terbarukan luar biasa besar. Mulai dari panas bumi, tenaga surya, angin, termasuk tenaga nuklir.

“Jadi potensi itu yang harus terus kita dorong ke depannya. Kita perlu memperhatikan langkah-langkah transisi energinya, melalui pemanfaatan energi baru terbarukan termasuk nuklir, dengan memperhatikan masalah keamanan pasokan, melihat akses terhadap kebutuhan dalam harga yang terjangkau, kemudian memanfaatkan energi bersih dan keberlanjutan dalam konteks lingkungan,” paparnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pengembangan BRIN

BRIN disebutnya terus mengembangkan berbagai teknologi baru, termasuk membahas kesiapan yang terkait dengan pembangkit listrik tenaga nuklir. Namun, tak lupa Mego juga menyoroti soal pendanaan berkelanjutan dalam pemanfaatan EBT dan nuklir.

“Khususnya langkah transisi energi ini diharapkan tidak memberatkan keuangan negara, secara khusus APBN. Tapi juga bisa menggandeng sumber-sumber pendanaan lain termasuk industri. Sehingga bisa tetap menjaga stabilitas keuangan dan perekonomian nasional,” ungkapnya.

Mego juga mengajak agar Indonesia untuk memperkuat kerjasama dengan negara lain, baik yang berada di kawasan Asean maupun yang sudah menerapkan teknologi nuklir dalam penggunaan energi baru terbarukan.

“Ini sebabnya kita akan terus mendiskusikannya bersama-sama, bagaimana kita bisa mendapatkan dukungan dari negara-negara tetangga kita. Sehingga kita akan mampu mengembangkan dan memanfaatkan tenaga nuklir sebagai salah satu sumber energi nasional untuk percepatan pembangunan,” tandasnya.