redaksiharian.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan sesi I perdagangan siang ini, Rabu (24/5/23) melemah 0,12% ke level 6.728,89. Saham-saham perbankan kapitalisasi raksasa menekan pergerakan IHSG kali ini.
Sebanyak 275 saham turun, 233 saham naik, sementara 213 saham lainnya jalan ditempat alias tidak berubah.
Hingga istirahat siang, sekitar 8,7 miliar saham terlibat yang berpindah tangan sebanyak 796 ribu kali. Selain itu, nilai perdagangan tercatat mencapai Rp. 4,5 triliun.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv mayoritas sektor melemah. Sektor Kesehatan menjadi sektor yang paling merugikan indeks turun 0,83%.
Dari sektor kesehatan, Saham PT Kalbe Farma turun 2,36%, PT Sejahtera Anugrahjaya turun 1,54% dan PT Indofarma melemah 1,50%. Berikutnya PT Phapros dan PT Kimia Farma melandai 1,45% dan 1,32% secara berurutan.
Selain itu, Saham-saham kapitalisasi jumbo juga terpantau mengalami penurunan hingga membebani IHSG. PT Adaro Energy Indonesia terkoreksi 2,62% disusul PT Elang Mahkota Teknologi juga turun 2,27% sementara saham milik PT Indo Tambangraya Megah turun 1,96%. Selain itu, PT Wijaya Karya juga melemah 1,48%.
Pasar Indonesia menghadapi kekhawatiran mengenai negosiasi plafon utang pemerintah AS yang sedang berlangsung. Presiden Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy belum mencapai kesepakatan mengenai peningkatan plafon utang sebesar $31,4 triliun. Default semakin dekat, dan hal ini dapat berdampak negatif pada ekonomi global, termasuk Indonesia.
Pertemuan terakhir antara kedua belah pihak menegaskan pentingnya mencapai kesepakatan bipartisan untuk menghindari default. Namun, terdapat perbedaan pendapat yang signifikan antara Partai Demokrat yang dipimpin oleh Biden dan Partai Republik yang diperkuat oleh McCarthy.
Para analis ekonomi khawatir akan dampak kegagalan negosiasi ini. Jika AS gagal bayar, ekonomi global diperkirakan akan terganggu secara signifikan. Dampaknya termasuk peningkatan biaya pembiayaan dan suku bunga pinjaman yang dapat mempengaruhi perbankan global, termasuk Indonesia.
Meskipun demikian, ada pandangan yang berbeda di kalangan ekonom. Beberapa ahli berpendapat bahwa gagal bayar AS tidak akan berdampak signifikan pada industri perbankan Indonesia. Mereka menyoroti margin bunga bersih yang tinggi dan rasio kecukupan modal yang kuat pada sektor perbankan Indonesia.
Selain masalah plafon utang AS, pelaku pasar di Indonesia juga menantikan rilis data makroekonomi, seperti stok minyak mentah, inflasi Inggris per April, dan pidato Gubernur Bank Sentral Inggris. RUPST beberapa emiten dan pembagian dividen juga menjadi perhatian pelaku pasar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com