redaksiharian.com – Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) bergerak pada zona hijau di awal perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa (13/6/2023). Hal ini berbeda dengan rupiah yang melemah pada perdagangan pasar spot.
Melansir data RTI, pukul 9.05 WIB, IHSG berada pada level 6.731,76 atau naik 0,14 persen (9,3 poin) dibanding penutupan sebelumnya pada level 6.722,37.
Sebanyak 197 saham melaju di zona hijau dan 158 saham di zona merah. Sedangkan 214 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 453,1 miliar dengan volume 1,12 miliar saham.
Founder WH Project William Hartanto mengatakan, secara teknikal pergerakan IHSG mengkonfirmasi pola falling wedge, tersisa resistance pada 6.754 untuk target penguatan berikutnya. Sementara itu, indikator MACD membentuk golden cross mengkonfirmasi pergerakan IHSG yang melanjutkan penguatan.
“Sentimen IHSG hari ini adalah pelemahan dollar AS jelang keputusan Fed rate pekan ini. Memperhatikan faktor tersebut, hari ini kami memproyeksikan IHSG berpotensi bergerak mixed cenderung menguat dalam range 6.618 – 6.754,” kata William dalam analisisnya.
Bursa Asia pagi ini mayoritas merah dengan penurunan Hang Seng Hongkong 0,59 persen (113,6 poin) pada level 19.290,69, Shanghai Komposit turun 0,05 persen (1,7 poin) di posisi 3.227,13, dan Strait Times pada level 3.179,56 atau melemah 0,52 persen (16,5 poin). Sementara itu, Nikkei menguat 1,6 persen (536,69) di level 32.970,69.
Pada penutupan perdagangan Senin (12/6/2023) waktu setempat, Wall Street berakhir hijau. S&P 500 naik 0,93 persen ditutup pada level 4.338,93. Nasdaq Komposit menguat 1,53 persen pada level 13.461,92. Posisi kedua indikator utama Wall Street ini merupakan level tertinggi sejak 22 April 2022. Sementara Dow Jones Industrial Average (DIA) bertambah 189,55 poin, atau 0,56 persen, pada level 34.066,33.
Rupiah
Sementara nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah pada awal perdagangan di pasar spot.
Melansir data Bloomberg, pukul 09.05 WIB rupiah bergerak pada level Rp 14.877 per dollar AS, atau turun 14 poin (0,1 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 14.862 per dollar AS.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, meskipun pagi ini nilai tukar rupiah melemah, trend rupiah masih bullish. Hal ini sering optimisme investor yang semakin yakin bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga pada pertemuan pekan ini.
“Rupiah mungkin berbalik menguat terhadap dollar AS hari ini tapi masih di fase konsolidasi karena membesarnya peluang the Fed akan mengumumkan jeda menaikan suku bunga acuannya di pertemuan Kamis dinihari nanti,” kata Ariston kepada Kompas.com.
Naiknya ekspektasi ini karena pelaku pasar memperkirakan data inflasi konsumen bulan Mei, yang akan dirilis malam ini, akan menunjukan penurunan ke angka 4,1 persen dari sebelumnya 4,9 persen. Dengan menurunnya inflasi ini artinya tekanan untuk menaikan suku bunga acuan untuk menurunkan inflasi berkurang.
Ariston memperkirakan rupiah akan bergerak pada level Rp 14.830 per dollar AS, dengan potensi resisten di kisaran Rp Rp 14.900 per dollar AS.
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.