redaksiharian.com – Fenomena cuaca panas ekstrem tengah melanda sejumlah negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Salah satu dampaknya, mobil berisiko mengalami kebakaran akibat berada di bawah terik sinar matahari langsung dalam jangka waktu yang lama. Hal itu disampaikan pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus Pasaribu.

Menurutnya, risiko kebakaran akan semakin meningkat ketika mobil yang tidak terawat lama dijemur di bawah terik sinar matahari dalam waktu yang lama.

Yannes mengatakan, ketika dijemur di bawah terik matahari, suhu dalam ruang mesin mobil bisa mencapai lebih dari 60 derajat celsius.

“Saat terjemur di bawah panas terik di Indonesia, suhu dalam mobil dapat mencapai lebih dari 60 sampai 70 derajat celsius,” ujar Yannes Martinus Pasaribu pada Jumat, 28 April 2023 dikutip Pikiran-rakyat.com dari Antara.

Baca Juga: Mobil Tabrak Motor hingga Nyungsep ke Pekarangan Rumah Warga di Tasikmalaya

Lebih lanjut, Yannes menyebutkan, risiko kebakaran mobil akibat cuaca panas ekstrem dapat menyebabkan berbagai hal buruk seperti kerusakan pada selang karet saluran bahan bakar hingga kebocoran sistem bahan bakar.

“Suhu yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada kabel-kabel atau selang-selang kendaraan,” ujarnya.

“Suhu yang tinggi juga dapat meningkatkan risiko kebocoran pada sistem bahan bakar atau minyak pelumas kendaraan,” ujarnya menambahkan.

Suhu tinggi yang melanda suatu area juga mempercepat penguapan bahan bakar, dalam tangki kendaraan. Contohnya, suhu 60 derajat celsius membuat bahan bakar menguap lebih cepat dibandingkan suhu normalnya.

“Selain itu, penguapan yang berlebihan juga dapat meningkatkan risiko kebocoran pada sistem bahan bakar yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko terjadinya kebakaran pada kendaraan,” ujarnya.

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis informasi penyebab suhu panas yang melanda Indonesia berasal dari dinamika atmosfer yang tak biasa.

Plt Deputi Bidang Klimatologi, Dodo Gunawan mengemukakan bahwa dinamika atmosfer yang tak biasa ini berlangsung sepanjang bulan April, bahkan bertambah tinggi akibat dipengaruhi oleh gerak semu matahari.

“Suhu panas ekstrem melanda negara-negara Asia sepekan terakhir. Indonesia tidak mengalami gelombang panas, tetapi suhu maksimum udara permukaan tergolong panas,” ujar Plt Deputi Bidang Klimatologi, Dodo Gunawan di Jakarta pada awal pekan ini.***