redaksiharian.comJakarta, CNBC Indonesia – Saham emiten batu bara secara mayoritas kembali menguat pada perdagangan sesi I Jumat (9/6/2023), di mana penguatan saham batu bara sudah berlangsung selama dua hari terakhir.

Per pukul 09:10 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 16 saham terpantau menguat, tiga saham cenderung stagnan, dan satu saham terpantau melemah.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.

Sumber: RTI

Saham PT ABM Investama Tbk (ABMM) memimpin penguatan saham batu bara pada sesi I hari ini, yakni melonjak 2,68% ke posisi Rp 3.070/saham.

Selain itu, mayoritas saham raksasa batu bara juga bergairah pada sesi I hari ini, hanya saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) yang cenderung terkoreksi.

Cerahnya kembali mayoritas saham batu bara RI terjadi di tengah terus menanjaknya harga batu bara acuan dunia. Pada perdagangan Kamis kemarin, harga batu bara kontrak Juli di pasar ICE Newcastle ditutup melejit 1,87% di posisi US$ 144,5 per ton.

Kenaikan ini memperpanjang tren positif pasir hitam yang juga menguat pada Rabu pekan ini. Dalam dua hari terakhir, harga batu bara sudah melonjak 3,88% atau hampir 4%.

Penutupan kemarin juga menjadi yang tertinggi sejak 23 Mei 2023 atau dua pekan terakhir.

Lonjakan harga batu bara ditopang oleh menguatnya harga gas alam serta krisis energi di Bangladesh. Harga batu bara juga tetap menguat di tengah kencangnya sentimen negatif dari China yakni melambatnya permintaan.

Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) menguat 2,36% kemarin menjadi 26,95 euro per mega-watt hour (MWh) kemarin. Harganya naik terus dalam dua hari dengan penguatan mencapai 8,4%.

Harganya bahkan sempat terbang 20% pada awal pekan ini. Namun, harganya ambruk 12,7% kemarin.

Batu bara dan gas alam adalah sumber energi yang saling menggantikan dan bersaing sehingga harganya saling mempengaruhi.

Kenaikan harga gas alam disebabkan oleh melonjaknya permintaan dari kawasan Asia sehingga pasokan gas dari AS ke Eropa menurun.

Harga gas juga naik karena terminal LNG di Montoir, Prancis, akan tutup hingga 14 Juni sementara pengiriman gas dari Rusia melalui Black Sea ke Turki juga ditangguhkan hingga 12 Juni karena perawatan.

Harga gas sempat jeblok pada awal tahun sehingga membuat banyak pelaku usaha di sektor industri dan listrik di kawasan Asia beralih dari batu bara ke gas alam. Permintaan pun kemudian melonjak, termasuk dari China.

Impor gas alam China diperkirakan meningkat 15% pada tahun ini. Sebaliknya, permintaan batu bara dari China akan melemah ke depan. Penurunan permintaan bahkan terjadi di tengah gelombang panas. Permintaan listrik memang naik tetapi hanya datang dari rumah tangga.

Permintaan listrik dari industri belum meningkat karena ekonomi yang melambat. Besarnya pasokan batu bara juga diperkirakan membuat harga batu bara tertekan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.