Menteri Luar Negeri Guatemala Mario Bucaro pada Selasa (30/8) mengatakan negara di Amerika Tengah itu akan “selalu mendukung” Taiwan, setelah China melakukan latihan militer terbesarnya di sekitar pulau berpemerintahan sendiri itu awal bulan ini.
Sewaktu bertemu Presiden Taiwan Tsai Ing-wen di kantor presiden di Taipei, Bucaro mengatakan Guatemala dan Taiwan adalah “negara-negara yang berpikiran sama” yang dipersatukan oleh “aliansi demokratis.”
“Guatemala akan selalu mendukung Taiwan karena kita memiliki keyakinan kuat pada prinsip perdamaian, kedaulatan, dan integritas teritorial,” kata Bucaro. “Perdamaian tidak bisa dinegosiasikan, tetapi khususnya kedaulatan tidak dapat dinegosiasikan.”
Pernyataan itu muncul hanya beberapa pekan setelah Beijing mengakhiri serangkaian latihan militer di sekitar Taiwan sebagai tanggapan atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke pulau itu awal bulan ini.
Bucaro tidak menyebut-nyebut China dalam pernyataannya tetapi mengatakan kunjungannya ke pulau berpemerintahan sendiri itu adalah untuk “memberitahu dunia mengenai pentingnya menunjukkan solidaritas kepada rakyat Taiwan, dengan keyakinan bahwa hanya dialoglah yang dapat menang dalam menghadapi konflik apa pun.”
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan dalam konferensi pers harian bahwa pihak berwenang di Partai Progresif Demokratik yang berkuasa di Taiwan menipu diri dengan menggunakan “hubungan diplomatik untuk manipulasi politik,” yang “tidak dapat menghentikan keniscayaan sejarah reunifikasi China.”
Zhao mendesak Guatemala agar mengambil keputusan “sesuai dengan tren sejarah.”
Tsai mengemukakan dalam pernyataannya bahwa Taiwan adalah “negara Asia” pertama yang dikunjungi Bucaro sejak diangkat sebagai menteri luar negeri dan berterima kasih kepada Guatemala atas dukungan diplomatiknya setelah latihan militer China.
Guatemala adalah satu dari hanya 14 negara yang masih mempertahankan hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan dan satu dari tiga sekutu yang tersisa di Amerika Tengah – dua lainnya adalah Honduras dan Belize.
China menganggap Taiwan yang memiliki pemerintahan demokratis sebagai salah satu provinsinya yang tidak memiliki hak sebagai negara, pandangan yang ditentang keras oleh pemerintah Taiwan. China telah meningkatkan tekanan untuk mendapatkan dukungan dari mereka yang masih berteman dengan Taiwan.
Desember lalu, China membangun kembali hubungan dengan Nikaragua, dan pemerintah secara terbuka mengatakan akan mengurangi jumlah teman Taiwan hingga nol.
Isu ini memiliki implikasi geopolitik yang lebih luas sementara AS khawatir China meningkatkan aktivitasnya di Amerika Tengah.
Menjelang pemilihan presiden November mendatang di Honduras, satu delegasi AS yang berkunjung ke sana menjelaskan bahwa mereka ingin negara Amerika Tengah itu mempertahankan hubungan dengan Taiwan. [uh/ab]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.