redaksiharian.com – Beberapa saat lalu, Microsoft memangkas tim yang mengurus teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam hal etika, tanggung jawab masyarakat, dan keberlanjutan.

Agaknya, tren tersebut diikuti raksasa teknologi lain. Beberapa di antaranya adalah, Google, Meta, Twitter, dan Amazon, dikutip dari laporan FinancialTimes, Kamis (30/3/2023).

Padahal, para raksasa teknologi sedang kencang berkompetisi untuk memenangkan ‘perang AI’. Tim etika AI merupakan komponen krusial untuk memastikan bahwa produk yang diluncurkan untuk masyarakat benar-benar mementingkan keamanan.

Biasanya, tim ini membutuhkan waktu lama untuk mengkaji sebuah produk sebelum meluncur. Namun, agaknya kompetisi yang menuntut kecepatan, membuat tim ini dinilai ‘menghambat’.

Menurut para ahli, aksi pemangkasan ini mengkhawatirkan bagi pengembangan teknologi AI. Ditakutkan, penerapan AI bisa dieksploitasi jika keamanannya tidak diperhatikan.

“Sangat mengkhawatirkan melihat banyak tim etika AI yang dipangkas oleh raksasa teknologi. Padahal, di era AI seperti sekarang, mereka adalah pihak paling penting,” kata Andrew Strait, mantan peneliti etika dan kebijakan di DeepMind, perusahaan di bawah naungan Alphabet.

OpenAI menjadi yang pertama mebawa tren AI melalui ChatGPT dan dikatakan ‘tak begitu bertanggung jawab’. Banyak kejadian di mana layanan itu mengakomodir disinformasi, sampai dieksploitasi para hacker untuk melancarkan serangan siber.

Microsoft yang pada 2019 lalu berkomitmen untuk memprioritaskan etika perusahaan, akhirnya turut buru-buru meluncurkan Bing dengan AI yang digodok OpenAI.

Google pun sama. Sebelumnya, raksasa teknologi itu mengatakan pihaknya butuh waktu lama untuk menerapkan AI generatif semacam ChatGPT karena ada risiko etika.

Namun, ujung-ujungnya ketika melihat potensi bisnis yang terang-benderang, Google kalap dan bergegas meluncurkan Bard.