redaksiharian.com – Misi menjelajahi dengan kapal selam untuk bisa melihat bangkai Titanic secara langsung di dasar Samudra Atlantik memang menjadi perjalanan tak biasa. Meskipun dipenuhi risiko, misi ini marak diminati bahkan dengan biaya mencapai US$ 250.000 atau setara Rp 3,7 miliar per orang.
Menjelajahi bangkai Titanic menjadi pemberitaan global setelah kapal selam wisata bernama Titan, sepanjang 6,7 meter, dilaporkan hilang kontak dengan kapal induk di permukaan sekitar 1 jam 45 menit setelah memulai penyelaman menuju lokasi bangkai Titanic pada Minggu (18/6) pagi waktu setempat.
Kapal selam yang dikelola oleh perusahaan swasta Amerika Serikat (AS) bernama OceanGate Expeditions itu dilaporkan membawa lima orang di dalamnya. Pencarian dengan melibatkan kapal-kapal dan pesawat pengintai AS maupun Kanada sedang berlangsung dan belum membuahkan hasil sejauh ini.
Seperti dilansir The Washington Post, Rabu (21/6/2023), wisata kapal selam menjelajahi bangkai Titanic yang disebut sebagai Titanic Survey Expedition itu memakan biaya sebesar US$ 250.000 atau setara Rp 3,7 miliar per orang dan terbuka untuk setiap penumpang berusia 17 tahun ke atas.
Biaya sebesar itu belum termasuk transportasi dari dan ke kota St John di Newfoundland, Kanada, yang menjadi titik dimulai dan diakhirinya perjalanan sekitar 643 kilometer ke lokasi bangkai kapal Titanic, yang tenggelam setelah menabrak gunung es tahun 1912 silam.
Bangkai kapal Titanic kini berada di kedalaman sekitar 12.500 kaki atau 3.810 meter dan berjarak sekitar 595 kilometer di sebelah selatan Newfoundland.
Ekspedisi itu dilakukan dengan sebuah kapal selam bernama Titan yang memiliki panjang sekitar 6,7 meter dan berbobot 10 ton. Disebutkan OceanGate Expeditions bahwa kapal selam itu bisa menyelam hingga kedalaman maksimum 12.800 kaki atau 3.901 meter.
Dibutuhkan waktu sekitar dua jam dari permukaan laut untuk menyelam hingga ke lokasi bangkai Titanic, dan dua jam lagi untuk kembali ke permukaan, belum ditambah waktu untuk eksplorasi di bawah laut.
Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.
Namun secara keseluruhan, menurut situs resmi OceanGate Expeditions, ekspedisi ke bangkai Titanic berlangsung selama delapan hari.
Sejak bangkai Titanic ditemukan tahun 1985 silam, banyak wisatawan mengunjungi lokasinya. OceanGate Expeditions telah membawa banyak orang yang terdiri atas ‘ilmuwan warga’ dan ‘anggota awak’ selama dua tahun terakhir, meskipun perusahaan itu telah menyelesaikan lebih dari selusin penyelaman sejak tahun 2010.
Meskipun biayanya mencapai seperempat juta dolar AS, banyak orang tertarik mengikuti ekspedisi tersebut. Philippe Brown selaku pendiri perusahaan perjalanan mewah Brown and Hudson menyebut ada daftar tunggu yang panjang untuk ekspedisi kapal selam OceanGate itu.
Brown menyebut orang-orang yang tertarik pada sisi ekstrem dari wisata kapal selam, seperti menjelajahi bangkai Titanic di lautan dalam, tidak memandang diri mereka sebagai turis, melainkan sebagai penjelajah modern.
Perjalanan semacam itu, sebut Brown, menjadi peluang untuk mendorong batasan demi pertumbuhan pribadi mereka, atau ‘terlibat dalam inisiatif memajukan umat manusia atau membantunya lebih memahami masa lalu’.
Senada dengan Brown, Roman Chiporukha yang merupakan pendiri perusahaan perjalanan Roman & Erica, yang khusus melayani klien sangat kaya dengan iuran anggota tahunan mulai US$ 100.000 (Rp 1,4 miliar), menyebut wisata kapal selam bukan hal tidak masuk akal bagi pelancong terkaya dan paling pemberani di dunia.
“Ini merupakan orang-orang yang telah mendaki tujuh puncak, mereka telah melintasi Atlantik dengan kapal mereka sendiri,” sebutnya.
Liburan khas konglomerat, seperti liburan di pantai Riviera di Italia atau St Barts, sebut Chiporukha, benar-benar tidak cocok untuk mereka.
Dekripsi itu sesuai dengan miliarder Inggris Hamish Harding, yang termasuk dalam lima orang yang ada di dalam kapal selam Titan yang hilang. Harding yang memimpin perusahaan penerbangan Action Aviation ini merupakan seorang petualang yang rajin menjelajahi Kutub Selatan dan Palung Mariana.
Dia bahkan memegang tiga rekor Guinness World Records, termasuk untuk durasi terlama yang dihabiskan di kedalaman laut penuh dengan kapal berawak dan pelayaran tercepat melalui kedua kutub Bumi dengan pesawat terbang.
Pada Juni 2022, Harding terbang ke luar angkasa dengan roket New Shepard milik Blue Origin, perusahaan milik Jeff Bezos, sang pendiri Amazon.
Selain Harding, empat orang lainnya yang ada di dalam kapal selam itu terdiri atas Stockton Rush yang merupakan CEO OceanGate Expeditions, Paul-Henri Nargeolet yang menjadi operator kapal selam itu, kemudian seorang pengusaha terkemuka Pakistan bernama Shahzada Dawood (48) dan putranya, Suleman (19).