redaksiharian.com – Facebook memiliki rencana untuk ganti nama, yang secara efektif diharapkan bisa mengubah citra perusahaan yang saat ini sedang berfokus untuk membangun sebuah “metaverse”.

Ganti nama ini hanya akan berlaku untuk perusahaan induk Facebook, dan bukan platform media sosial itu sendiri. Perusahaan selama ini memang memiliki sejumlah layanan yang berbeda namun terintegrasi seperti Instagram, WhatsApp, dan Oculus.

Menurut laporan yang diterima nesabamedia.com, Mark Zuckerberg, yang merupakan pendiri dan kepala eksekutif Facebook, berencana untuk membahas perubahan yang diusulkan pada acara perusahaan yang dijadwalkan minggu depan, meskipun nama baru bisa saja diungkapkan lebih awal.

Facebook telah menanggapi kabar ini dengan mengatakan: “kami tidak mengomentari sebuah rumor atau spekulasi”.

Perubahan nama akan mewakili perubahan besar bagi Zuckerberg dan rekan-rekannya, dan menjadikan Facebook sebagai salah satu dari beberapa produk yang dimiliki oleh perusahaan induk. Jadi ini tidak diragukan lagi perubahan ini ditujukan untuk menghilangkan asumsi bahwa Facebook semata-mata adalah perusahaan media sosial.

Masuk ke Metaverse

Kita akan mempelajari lebih lanjut tentang metaverse minggu depan, sebagai bagian dari konferensi produk tahunan Connect, yang juga bisa menjadi waktu yang tepat untuk mengumumkan nama perusahaan baru.

Metaverse adalah kekuatan pendorong di belakang strategi pertumbuhan perusahaan, dan akan memungkinkan orang untuk menggunakan Augmented Reality dan headset VR untuk meningkatkan kehidupan pribadi dan profesional mereka. Dengan demikian, produk Oculus akan menjadi bagian penting dari Metaverse.

Pengguna Metaverse akan dapat masuk ke dalam konten, alih-alih hanya melihatnya, dan menjalani hidup mereka di ruang online. Anda dapat mengobrol dengan teman, menghadiri pertunjukan, dan bekerja di lingkungan virtual. Faktanya, wakil presiden urusan global, Nick Clegg, mengklaim bahwa acara pertemuan yang bakal dilangsungkan pada hari Senin pagi itu sekarang berlangsung di dalam Metaverse.

Tapi taman bermain digital ini tidak utopis seperti kelihatannya. Pihak-pihak yang mendukung masalah privasi khawatir bahwa kehidupan orang-orang dapat dikonsumsi oleh teknologi besar dan pekerjaan virtual di ruang sosial mereka, sehingga lebih banyak perlindungan pemerintah diperlukan. Demikian juga, banyak yang percaya bahwa metaverse hanyalah cara lain bagi Facebook untuk mengumpulkan dan memonetisasi data pengguna.

Dengan memasarkan metaverse sebagai tempat yang menyenangkan untuk bertemu teman dan ruang kerja yang efektif, Facebook berharap anda akan menghabiskan waktu sebanyak mungkin di dunia maya, di mana hal ini sangat ideal untuk tujuan pengumpulan data apa pun.

Bahaya sosial-politik dari metaverse juga mengkhawatirkan, dan kemungkinan akan menimbulkan masalah regulasi serta pengawasan yang ada di media sosial, dalam skala yang jauh lebih besar daripada sebelumnya. Beberapa ahli juga khawatir bahwa populasi digital metaverse mungkin menjadi tidak seimbang, mengingat betapa sulit dan mahalnya mengakses teknologi baru semacam itu.

    Pernah menjadi jurnalis dan juga Social Media Manager di Merdeka.com selama lebih dari 2 tahun, sebelum akhirnya mengerjakan sejumlah proyek website yang dioptimasi dan dimonetisasi Google Adsense.

    Kini sedang aktif dalam pembuatan konten Youtube dokumenter bertema sosial serta menjadi penulis konten untuk sejumlah website.