redaksiharian.com –
JAKARTA, KOMPAS.com – Sebagai upaya mengurangi emisi karbon dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM), pemerintah Indonesia mendorong untuk masyarakat mulai memakai kendaraan bermotor listrik sebagai alat transportasinya.
Kampanye tersebut terus digencarkan sejak beberapa tahun terakhir. Bahkan diterbitkan bantuan pemerintah atau subsidi untuk pembelian sepeda motor dan mobil listrik berbasis baterai mulai 20 April 2023.
Namun sampai saat ini, ternyata 61 persen masyarakat belum merasa tertarik untuk menggunakan kendaraan ramah lingkungan itu untuk aktivitas harian.
Disampaikan CEO & Founder of Chakra Giri Energi Indonesia Herman Huang, situasi tersebut disebabkan berbagai aspek, dari harga jual kendaraan yang masih mahal sampai biaya listrik.
“Dari survei yang kami lakukan pada tahun 2022, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum tertarik menggunakan kendaraan listrik , ada sekitar 61 persen,” ujar Herman dalam webinar Strategi Sinkronisasi Penerapan Electric Vehicle dalam Ekosistem Transportasi Publik, Rabu (14/6/2023).
“Alasannya bermacam-macam, mulai dari ekosistem charging station yang belum mencukupi hingga harga kendaraan listrik yang relatif mahal,” jelasnya.
Lebih rinci, 27 persen masyarakat yang disurvei merasa harga kendaraan listrik masih mahal. Sementara 22 persen lainnya khawatir soal konsumsi listrik yang tinggi dan 22 persen yang menyatakan infrastruktur pendukung belum memadai.
Adapun dari hasil survei tersebut juga diketahui 21 persen masyarakat Indonesia mengaku tertarik menggunakan kendaraan listrik. Sedangkan 11 persen sisa responden tidak memberikan jawaban.
Ia mengaku minat masyarakat untuk menggunakan kendaraan listrik tidak bisa berubah dalam waktu singkat. Perlu 5 hingga 10 tahun lagi agar masyarakat bisa beradaptasi.
“Evolusi dari penggunaan kendaraan bertenaga kuda ke tenaga mesin juga membutuhkan waktu lama. Begitu juga dengan evolusi dari kendaraan dengan BBM ke kendaraan listrik, perlu waktu yang tidak sedikit,” kata Herman.