redaksiharian.com – Petahana Recep Tayyip Erdogan meraup suara terbanyak dalam pemilihan umum presiden Turki putaran kedua dengan 52 persen suara atas lawannya Kemal Kilicdaroglu. Kemenangannya ini memperpanjang era dominasi Erdogan di Turki yang sudah berlangsung selama 20 tahun.Para pendukung Erdogan tumpah ke jalan untuk merayakan kemenangannya. Puluhan ribu orang berkumpul untuk mendengar pidato sang presiden.“Saya berterima kasih kepada bangsa ini yang memberi saya tanggung jawab untuk memerintah lagi selama 5 tahun ke depan. Kita sudah memulai era dengan tidak mengorbankan demokrasi, pembangunan, dan tujuan-tujuan kita,” kata Erdogan saat dalam sambutan di kediamannya di Istanbul.

Kemenangan Erdogan menyusul kampanye sengit yang ia lancarkan kepada lawannya, Kemal Kilicdaroglu. Ia menuduh saingannya tersebut terkait dengan terorisme dan berpendapat bahwa Turki akan dilanda kekacauan jika koalisi enam partai pendukung Kilicdaroglu berkuasa.Dalam pemilu tahun ini, Kilicdaroglu didukung oleh partai pro-Kurdi terbesar di Turki . Erdogan menuduh saingannya bersekutu dengan teroris Kurdi dan menampilkan video yang sudah direkayasa pada hari-hari terakhir kampanye.Erdogan telah memerintah Turki sejak 2003. Kelompok pendukungnya menilai ia telah membuat Turki menjadi lebih kuat. Di sisi lain, oposisi mengkritik pendekatan otoriternya terhadap kekuasaan dan secara fatal dipandang merusak demokrasi.“Pemilu ini adalah pemilihan paling tidak adil dalam beberapa tahun belakangan. Semua sumber daya negara dikerahkan untuk satu partai politik. Mereka menyebar di bawah kekuasaan satu orang,” kata Kemal Kilicdaroglu dalam pidatonya pascapengumuman pemilu.Kandidat oposisi tersebut tidak memberikan indikasi bahwa dirinya berencana menyerah. Ia justru mengatakan perjuangannya masih terus berlanjut. Erdogan sendiri mengejek saingannya dengan mengatakan “Bye bye Kemal”.Kampanye sang petahana dihadang sejumlah masalah ekonomi seperti inflasi sangat tinggi yang saat ini mencapai 43 persen, melemahnya mata uang, hingga sisa-sisa bencana gempa Turki yang menewaskan sedikitnya 50.000 orang pada Februari lalu.Analis politik mengungkap kemenangan Erdogan mencerminkan polarisasi dalam masyarakat Turki , khususnya antara golongan Islamis dan sekularis. Saat sebagian besar kota-kota di garis pantai dan wilayah tenggara memilih Kilicdaroglu, wilayah tengah dikuasai suara pemilih Erdogan .Pendukung oposisi berpendapat bahwa hasil pemilu ini menggambarkan cengkraman kekuasaan Erdogan di Turki , termasuk pengaruhnya yang hampir mutlak pada media di negara tersebut.***