redaksiharian.com – Drama CEO SpaceX, Elon Musk dengan Twitter soal akuisisi masih bergulir hingga saat ini, utamanya soal selisih paham tentang jumlah akun bot atau spam pada platform microblogging tersebut.
Setelah membatalkan akuisisi dan menggugat balik Twitter, Elon Musk kini menantang Twitter untuk debat publik terkait jumlah akun spam di jejaring sosial tersebut. Tantangan ini disampaikan Musk melalui akun Twitter pribadinya ketika menanggapi cuitan dari Data Analys bernama Andrea Stroppa dengan akun berhandle @Andst7.
Dalam cuitannya soal debat publik, Musk juga menandai akun Twitter CEO Twitter – Parag Agrawal berhandle @paraga.
“Dengan ini saya menantang @paraga untuk debat publik tentang persentase bot Twitter,” cuit Musk dikutip KompasTekno dari akun Twitter pribadinya berhandle @elonmusk.
“Biarkan dia membuktikan kepada publik bahwa Twitter memiliki kurang dari 5 persen pengguna harian palsu atau spam!,” imbuhnya.
Pria terkaya di dunia itu kemudian memposting sebuah polling untuk menanyakan warganet apakah mereka percaya pada klaim Twitter bahwa akun spam pada platform tersebut kurang dari 5 persen dibanding total jumlah pengguna aktif harian yang dihimpun setiap bulan.
Dua opsi yang dapat dipilih warganet pada polling tersebut hanya “Ya” disertai tiga emoji robot dan “Lmaooo no” atau dapat diartikan sebagai jawaban “tidak” dengan ekspresi tawa.
Pantauan KompasTekno hari ini, Senin (8/8/2022) survei tersebut menujukkan 64,9 persen pengikut Musk memilih jawaban “tidak” dan 35,1 persen lainnya menjawab “Ya”. Meski demikian, survei ini tak akan berpengaruh pada proses hukum antara Elon Musk dengan Twitter yang tengah berjalan di pengadilan.
Adu pendapat soal jumlah akun spam
Elon Musk membatalkan akuisisi Twitter pada 8 Juli lalu. Alasan utama Musk membatalkan akuisisi Twitter yaitu karena data jumlah pengguna situs mikroblogging tersebut.
Menurut Twitter, jumlah akun spam atau bot di platformnya tak sampai 5 persen, dari total pengguna. Sementara menurut Elon Musk, persentase akun spam di Twitter mendekati dua kali lipat dari klaim perusahaan, sehingga jika ditotal, jumlahnya sepertiga dari total pengguna Twitter per bulan Juli.
Selain itu Musk juga mengeklaim bahwa Twitter tidak memiliki 238 juta pengguna aktif harian yang dapat dimonetisasi (monetizable daily active users/mDAU). Menurut Musk, jumlah sebenarnya adalah 65 juta, lebih rendah dari jumlah yang diklaim Twitter.
Tak hanya itu, Musk berdalih sebagian besar iklan Twitter hanya ditayangkan pada 16 juta pengguna, jauh lebih rendah ketimbang jumlah yang diklaim perusahaan.
Twitter lantas mengecam klaim Elon Musk dan menilai perkiraan jumlah itu salah karena hanya menggunakan alat sederhana. Bahkan menurut Twitter, alat yang dipakai Musk untuk mengukur jumlah pengguna bot/spam bisa menandai akun Elon Musk sebagai “kemungkinan palsu”.
Beberapa hari kemudian setelah Musk mengumumkan pembatalan akuisisi, Twitter bereaksi dengan menggugat Elon Musk dan menuntut pertanggungjawaban atas perjanjian akuisisi.
“Twitter melakukan tindakan ini untuk mencegah Musk dari pelanggaran lebih lanjut, untuk memaksa Musk memenuhi kewajiban hukumnya, dan untuk memaksa penyelesaian merger setelah memenuhi beberapa kondisi yang belum terselesaikan,” tulis Twitter dalam gugatannya.
Gugat balik Twitter
Alih-alih menyelesaikan kesepakatan Elon Musk justru menggugat balik Twitter ke pengadilan Delaware pada Jumat (29/7/2022), meskipun detail gugatannya belum dirinci.
Menanggapi gugatan balik tersebut, pengacara Twitter mengeklaim bahwa Elon Musk berupaya mundur dari perjanjian akuisisi senilai 44 miliar dollar AS karena pasar saham dan nilai kekayaan pribadinya menurun.
Sebab, menurut tim hukum Twitter, gugatan balik yang dibuat Musk bertentangan dengan bukti dan akal sehat.
“Gugatan balik yang dibuat (Elon Musk) bertentangan dengan bukti dan logika,” bunyi kutipan dalam dokumen aduan Twitter ke pengadilan, sebagaijawaban gugatan balik Elon Musk, dikutip KompasTekno dari Daily Beast.
“Musk menciptakan representasi yang tidak pernah dibuat Twitter, kemudian mencoba menggunakan data rahasia yang diberikan Twitter padanya untuk menyulap pelanggaran representasi yang diklaimnya (jumlah akun spam),” lanjut kutipan itu.
Adapun sidang perdana gugatan Twitter ke Musk bakal digelar selama lima hari, dimulai pada 17 Oktober mendatang.