RedaksiHarian Unicorn aquatech pertama Indonesia, eFishery mendapat suntikkan dana investasi senilai jutaan dolar AS dari unit bisnis Bank Norinchukin. Perusahaan pinjaman asal Jepang yang fokus menggarap sektor agrikultur ini telah meluncurkan dana tersebut pada Mei 2023 lalu.

Dikutip dari Nikkei Asia, Norinchukin Capital merupakan perusahaan pinjaman yang membidik startup di bidang pertanian, kehutanan, perikanan , dan dekarbonisasi.

eFishery bukan pertama kalinya menerima pinjaman dari institusi perbankan. Pada Oktober 2022, unicorn aquatech itu menerima pinjaman jangka pendek senilai Rp500 miliar dari Band DBS Indonesia.

ADVERTISEMENT

Kemudian pada awal 2023, Bank OCBC NISP juga ikut menyalurkan pinjaman bilateral senilai Rp250 miliar.

Tahun ini juga eFishery secara resmi dinobatkan sebagai unicorn ke-15 Indonesia setelah mengumumkan perolehan pendanaan seri D senilai 200 juta dolar atau lebih dari Rp3 triliun dipimpin oleh 42X Fund, perusahaan manajemen investasi asal Uni Emirat Arab (UEA).

Selain itu, eFishery telah membuktikan solusi lokal yang digarap dengan benar dapat mampu mewujudkan pencapaian besar di tengah krisis likuiditas dan perlambatan investasi di Indonesia.

eFishery juga tengah mempertimbangkan untuk segera IPO dalam waktu 2-3 tahun kedepan, setelah meninjau minat investor yang tinggi.

eFishery didirikan oleh Gibran Huzaifah, Muhammad Ihsan Akhirulsyah, dan Chrisna Aditya pada 2013. Hingga saat ini, eFishery telah menjadi layanan menyeluruh untuk industri perikanan .

Mereka menyediakan solusi dari hulu ke hilir, mulai dari membantu pembudidaya ikan dan udang untuk meningkatkan efektivitas tambak yang ada, ikut memasarkan, serta menghubungkan ke pelanggan akhir.

Ekosistem terintegrasi dari eFishery telah mendukung lebih dari 70.000 pembudidaya ikan dan petambak udang di lebih dari 280 kota/kabupaten di seluruh Indonesia.

Selain memperkuat pangsa pasarnya di Indonesia, eFishery dikabarkan mulai melirik pasar luar negeri. Awal 2022 lalu saat mengumumkan pendanaan seri C senilai $90 juta, mereka menargetkan ekspansi ke sepuluh negara akuakultur terbesar, seperti India dan Tiongkok.

Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki potensi industri perikanan yang besar yang memenuhi empat indikator pengukuran ketahanan pangan, antara lain harga pangan, ketersediaan pasokan, kualitas nutrisi, serta keberlanjutan dan adaptasi.

Hal ini diperkuat fakta bahwa Indonesia saat ini tercatat sebagai negara penghasil perikanan budidaya terbesar kedua di dunia dengan volume produksi 14,8 juta ton. Berdasarkan prediksi FAO, perikanan budidaya Indonesia akan tumbuh sebesar 26 persen pada 2030.

Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), hasil ekspor untuk produk perikanan sebesar USD4,56 miliar pada 2021, di mana 40 persen disumbang dari komoditas udang.

Sejalan dengan data Kementerian Kelautan dan Perikanan tersebut, Indonesia diprediksi dapat menjadi negara akuakultur terbesar dunia. Di Indonesia, sudah ada beberapa startup aquatech yang sudah beroperasi, termasuk Fishlog, JALA, DELOS, dan FisTx.***